Page 136 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 136

Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan  127

            kultural yang terus dipertahankan telah mengarahkan mereka untuk
            tetap menjadi petani. Para petani ini terus menerus bertindak sebagai
            petani,  sehingga  terlihat  konsistensinya,  yang didukung dengan
            kemampuan mereka dalam menikmati peran akhirnya membantu
            mereka meningkatkan kinerjanya.
                Kinerja para petani  dan  keberhasilan  strategi pertanahan,
            akhirnya memberi kekuatan  pada masyarakat Desa Prigelan
            untuk dalam hal angka kemiskinan sanggup dibandingkan dengan
            Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, dan nasional. Hasilnya
            diketahui, bahwa angka kemiskinan Desa Prigelan lebih rendah dari
            ketiga angka kemiskinan tersebut. Angka kemiskinan Desa Prigelan
            yang mencapai 7,86 % atau bila dibulatkan menjadi 8 % jauh lebih
            rendah, saat dibandingkan dengan: (1) angka kemiskinan Kabupaten
            Purworejo  yang mencapai 15 %, (2)  angka kemiskinan Provinsi
            Jawa Tengah yang  mencapai  15  %,  (3) angka  kemiskinan  nasional
            (Republik Indonesia)  yang mencapai 12 % (lihat Sindonews.com,
            2013; dan Sorot Purworejo, 2015).

                Relatif  rendahnya  angka kemiskinan Desa Prigelan berkaitan
            dengan  faktor kemampuan  petani,  dalam mengoptimalkan hasil
            usaha  atau kinerjanya. Dengan berfokus  pada  livelihood on-farm,
            para petani juga mengembangkan livelihood off-farm dan non-farm.
            Ada kompatibilitas  atau kemampuan  para  petani membangun
            harmoni, antara profesi yang terkategori livelihood on-farm dengan
            livelihood off-farm dan non-farm, agar profesi tersebut tetap dapat
            memberi hasil terbaik bagi pendapatan petani.
                Maniso (Kepala Desa Prigelan tahun 2012 – 2017) menjelaskan,
            bahwa telah terjadi  penurunan  angka  kemiskinan  antara tahun
            2004 hingga saat ini (2015). Pada tahun 2004 warga miskin ditandai
            oleh adanya penerimaan raskin  (beras  miskin) dan  BLT  (Bantuan
            Langsung  Tunai).  Saat  itu  penerima  raskin  sebanyak  116  kepala
   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141