Page 139 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 139
130 Aristiono Nugroho, Suharno, dan Tullus Subroto
di Desa Prigelan. Selain itu, Suparno juga memperkenalkan traktor
kepada masyarakatnya. Caranya Suparno membeli traktor yang
disewakan kepada para petani. Oleh karena traktor yang dimiliki
oleh Suparno laku keras, maka ada dua orang anggota masyarakat
desa ini yang kemudian membeli traktor untuk disewakan. Tidak
hanya sampai di situ, Suparno juga membeli diesel secara pribadi,
untuk menghasilkan listrik yang disalurkan ke beberapa rumah
warga dengan menarik biaya bulanan. Tetapi setelah listrik PLN
masuk, diesel ini dijual oleh Lurah Suparno.
Kepiawaian Suparno dalam “memprovokasi” kemajuan
kepada masyarakat Desa Prigelan, semakin membuka peluang
bagi terselenggaranya upaya melawan marginalisasi petani. Upaya
Suparno antara tahun1986 – 2002 dalam era kekinian seringkali
dibaca sebagai “pemberdayaan masyarakat”, dengan memanfaatkan
adanya fakta bahwa masyarakat merupakan sebuah sistem yang
berada dalam keseimbangan, perubahan pada suatu bagian tertentu
dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada bagian lainnya.
Keempat, pada tahun 2002 masa jabatan Suparno berakhir,
yang kemudian digantikan oleh Jumari (Kepala Desa Prigelan tahun
2002 – 2012). Pada awal masa jabatannya, Jumari mulai memperbaiki
kondisi pertanahan yang belum sempat dilakukan oleh Suparno.
Penguasaan dan pemilikan bidang tanah Desa Prigelan oleh orang
dari luar Desa Prigelan merupakan sasaran utamanya. Jumari
melakukan langkah persuasi untuk meminta orang dari luar Desa
Prigelan yang memiliki bidang tanah di desa ini, agar bersedia
menjual kembali bidang tanahnya kepada orang Prigelan. Mobilisasi
segenap kemampuan orang Desa Prigelan untuk membeli kembali
bidang tanah yang terlanjur dimiliki oleh orang dari luar Desa
Prigelan merupakan kunci sukses Jumari.