Page 142 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 142
Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan 133
dukungan yang kuat Pemerintah Desa Prigelan bagi para petani,
akhirnya memberi penguatan penguasaan dan pemilikan tanah
petani, serta peningkatan akses petani terhadap tanahnya.
Dengan kata lain kohesi sosial yang merebak di Desa Prigelan
pada akhirnya menciptakan harmoni sosial, terutama ketika
diterapkan strategi penguasaan tanah. Pemberian hak garap atas
tanah sawah seluas 60 ubin bagi petani yang tidak memiliki tanah
sawah merupakan elemen pertama yang membentuk harmoni
sosial di desa ini. Harmoni sosial merupakan peristiwa nyata (bukan
mimpi) setelah para pemilik tanah sawah menyerahkan hak garap
atas tanah sawah seluas 1/6 (satu per enam) bagian tanah sawah yang
dimilikinya kepada Pemerintah Desa Prigelan. Hak garap inilah yang
selanjutnya didistribusikan kepada petani yang tidak memiliki tanah
sawah, dengan luasan mencapai 60 ubin per kepala keluarga petani.
Atas dukungan para pemilik tanah sawah, harmoni sosial
mewujud di desa ini sebagai bukti nyata kemampuan masyarakat
memberdayakan diri. Sistem sosial Desa Prigelan, yang terdiri dari
berbagai unsur di dalam masyarakat berhasil saling menyatu dalam
keseimbangan, hingga dapat mengukuhkan keberadaan: (1) sistem
sosio-legitimasi, yang berkaitan dengan pengakuan pemilikan dan
penguasaan tanah, (2) sistem sosio-ekologi yang berkaitan dengan
penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi pelestarian daya dukung
lingkungan, dan (3) sistem sosio-ekonomi yang berkaitan dengan
pendapatan petani yang diperoleh dari pemilikan, penguasaan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah.
Harmoni sosial juga tercipta, ketika Pemerintah Desa Prigelan
menerapkan strategi pemilikan tanah, terutama adanya: (1) larangan
menjual bidang-bidang tanah di Desa Prigelan kepada orang-orang
yang bukan warga (penduduk) Desa Prigelan, atau (2) orang-orang
yang bukan warga Desa Prigelan dilarang membeli bidang-bidang