Page 141 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 141
132 Aristiono Nugroho, Suharno, dan Tullus Subroto
Maniso mendukung upaya Kepala Desa Prigelan sebelumnya, untuk
memberi akses terhadap tanah bagi para petani. Penguasaan dan
pemilikan tanah menjadi strategi pertanahan utama, yang memberi
jalan bagi lahirnya strategi pertanahan berikutnya, yaitu penggunaan
dan pemanfaatan tanah. Dengan demikian alat produksi (tanah
pertanahan) dan pasar tenaga kerja di desa dapat dikendalikan
bagi kepentingan bersama. Hal ini akhirnya membawa petani dan
kelompok tani, termasuk gabungan kelompok tani, menempatkan
diri pada posisi penting atau strategis di Desa Prigelan, karena
mampu berperan bagi pencapaian kepentingan dan kesejahteraan
masyarakat Desa Prigelan.
2. Harmoni Sosial dan Keberlanjutan
Selain dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan
petani, yang berupa pemenuhan rasa keadilan dan pencapaian
kesejahteraan; strategi pertanahan Pemerintah Desa Prigelan juga
diterapkan dengan maksud untuk mengakomodasi kebutuhan
petani, berupa terwujudnya harmoni sosial dan keberlanjutannya.
Adanya kontribusi seluruh elemen desa, terutama para pemilik
tanah sawah, atas kesulitan hidup para petani yang tidak memiliki
tanah sawah, merupakan faktor pendorong bagi munculnya kohesi
atau kerekatan sosial.
Kohesi sosial merupakan ekspresi perlawanan kolektif para
petani terhadap marjinalisasi yang menghampiri dan mendesak
mereka hingga ke “sudut-sudut” kehidupan. Berbekal kohesi
sosial, para petani di Desa Prigelan mampu bertahan hingga saat
ini, bahkan mereka mampu melakukan penguatan demarjinalisasi
dengan memberdayakan diri melalui pengorganisasian kelompok
(kelompok tani) dan gabungan kelompok (gabungan kelompok
tani). Kehadiran kelompok tani, dan gabungan kelompok tani, serta