Page 174 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 174
Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan 165
penggunaan, dan pemanfaatan tanah. Meskipun Gapoktan “Mekar
Sari” Desa Prigelan mengetahui, bahwa terjadi proses evolusioner
kegiatan atau livelihood masyarakat dari pertanian ke non pertanian,
atau lebih tepatnya dari on-farm (kegiatan di atas tanah pertanian)
menuju ke off-farm (kegiatan di luar tanah pertanian tetapi masih
terkait dengan pertanian), yang kemudian dilanjutkan ke non-farm
(kegiatan yang tidak berkaitan dengan para petani dan pertanian).
Gapoktan “Mekar Sari” Desa Prigelan menaruh perhatian
yang besar pada livelihood, sepanjang berkaitan dengan pertanian.
Tetapi Gapoktan “Mekar Sari” Desa Prigelan tidak dapat menolak
kehadiran aneka ragam livelihood masyarakat Desa Prigelan. Hal
ini dikarenakan memang ada beraneka macam cara yang dapat
dilakukan masyarakat, untuk mendapatkan sejumlah uang yang
akan digunakannya bagi pemenuhan kebutuhan hidup diri dan
keluarganya. Dengan kata lain livelihood yang dibangun masyarakat
Desa Prigelan mendapat dukungan Gapoktan “Mekar Sari” Desa
Prigelan, bila livelihood tersebut berbasis pertanian dan tanah.
Walaupun saat ini kesan “desa agraris” tidak utuh lagi, tetapi
makna strategi pertanahan bagi Gapoktan “Mekar Sari” Desa Prigelan
tetap utuh, yang isinya terdiri dari strategi penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah. Strategi ini diterapkan melalui
revitalisasi kesadaran, solidaritas, dan keberdayaan agraris, agar
tercapai keadilan, kesejahteraan, dan harmoni sosial di Desa Prigelan.
Pemaknaan seperti ini penting dilakukan, untuk mendukung upaya
menahan laju pergeseran kegiatan masyarakat dari yang sebelumnya
berorientasi agraris menjadi non agraris.
Kemampuan Gapoktan “Mekar Sari” Desa Prigelan dalam
memaknai strategi pertanahan dengan perspektif kekinian (desa
agraris tidak utuh lagi) memberi peran bagi gapoktan, untuk
membangun elastisitas masyarakat ketika berhadap-hadapan