Page 213 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 213
200 Aristiono Nugroho dan Sutaryono
diperlukan. Kelembagaan inilah yang akan berperan dalam
mengakomodasi berbagai kepentingan masyarakat, sekaligus
mengartikulasikannya pada pemangku kepentingan lainnya,
yakni pemerintah dan pelaku usaha. Dalam konteks ini maka
relevan, ketika pengembangan kelembagaan difokuskan pada:
Pertama, pengembangan kelembagaan oleh masyarakat di
lingkungan warga masyarakat, yang merupakan bagian dari
upaya pemberdayaan masyarakat.
Dalam konteks pembangunan, pemberdayaan masyarakat
memiliki perspektif lebih luas. Pearse dan Stiefel (dalam
Kartasasmita, 1996) menyatakan, bahwa menghormati
kebhinekaan, kekhasan lokal, dekonsentrasi kekuatan
dan peningkatan kemandirian merupakan bentuk-bentuk
pemberdayaan partisipatif. Pemberdayaan berarti pula sebagai
pembagian kekuasaan yang adil (equitable sharing of power),
sehingga meningkatkan kesadaran politis dan kekuasaan
kelompok yang lemah serta memperbesar pengaruh mereka
terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan.
Dengan demikian pengembangan kelembagaan dalam
rangka pelaksanaan ecotourism perlu dilakukan dengan
pendekatan partisipatif. Dalam pendekatan ini, masyarakat
tidak dijadikan sebagai objek pembangunan belaka, tetapi
menjadi subjek yang ikut menentukan keberhasilan sebuah
program pembangunan yang dilaksanakan. Masyarakat
diberi kewenangan dan otoritas untuk merencanakan dan
menentukan pilihan-pilihan secara aktif dalam proses yang
dijalankan, termasuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian hingga pemanfaatan hasil (Sutaryono, 2008).