Page 220 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 220
Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah 207
wilayah ini membutuhkan tutupan permukaan tanah, untuk
mencegah terjadinya longsor;
(2) masyarakat Dusun Pelemsari, yang wilayahnya di
antara dua sungai, memiliki strategi berupa pengembangan
kebun campuran, baik yang alami (tumbuh dengan sendirinya)
maupun yang dibudidayakan (ditanami tanaman tertentu oleh
masyarakat). Kebun campuran ini berisi beberapa tanaman,
seperti: sengon, bambu, rumput kalanjana, nangka, melinjo,
pisang, dan papaya. Strategi ini relevan, karena kondisi alam
di wilayah ini membutuhkan upaya yang mampu menjaga
kualitas sungai;
(3) masyarakat Dusun Petung, yang berada di salah satu
wilayah perdesaan di Lereng Merapi, memiliki strategi berupa
pelestarian dan pengembangan hutan yang dipadukan dengan
penanaman tanaman-tanaman lain yang dibutuhkan oleh
masyarakat, seperti: sengon, mindi, mahoni, akasia, cengkeh,
pisang, sayuran, ketela, tales, dan kopi. Strategi ini relevan,
karena kondisi alam di wilayah ini membutuhkan upaya yang
mampu melestarikan karakter perdesaan, yang dipenuhi
berbagai tanaman;
(4) masyarakat Dusun Kaliadem, yang wilayahnya
memiliki udara yang dingin atau sejuk sejak dahulu, memiliki
strategi berupa pelestarian dan pengembangan hutan,
khususnya hutan rakyat, untuk memulihkan kondisi air
tanah. Strategi ini relevan, karena kondisi alam di wilayah ini
membutuhkan tutupan permukaan tanah yang berupa hutan;
(5) masyarakat Dusun Jambu, yang wilayahnya sejak lama
dikenal dengan agrowisata khas Lereng Merapi, khususnya