Page 222 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 222
Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah 209
serta tidak merusak alam dan budaya masyarakat setempat.
Pariwisata berkelanjutan pada prinsipnya merupakan
kegiatan pariwisata yang aktivitasnya tetap memperhatikan
keseimbangan alam, lingkungan, budaya, dan ekonomi.
Penyelenggaraannya haruslah dapat memberikan keuntungan
secara ekonomi bagi seluruh pihak, yaitu masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah (UNESCO,
2009:14).
Ketika optimalisasi pemanfaatan kondisi alam Lereng
Merapi akan dilaksanakan, maka beberapa kabupaten
yang berbatasan perlu melakukan koordinasi. Sutaryono
(2007:91) pernah mengingatkan, bahwa kerjasama antar
pemerintah kabupaten yang wilayahnya saling berbatasan
sangat diperlukan, agar tidak terjadi NIMBY (Not In My Back
Yard) syndrome. Gejala NIMBY syndrome oleh Yunus (dalam
Sutaryono, 2007:91) dimaknai, sebagai suatu gejala munculnya
dampak negatif pada wilayah (terhadap lingkungan biotik,
abiotik, sosial, kultural, ekonomi, dan politik), akibat proses
dan program pembangunan yang dilaksanakan oleh wilayah
lain.
Kedua, optimalisasi sumberdaya ekonomi, yang dilakukan
dengan strategi pengembangan berbasis keberdayaan, untuk
menyasar kemiskinan, melalui berbagai upaya peningkatan
pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, strategi ini juga
dikenali sebagai upaya pengentasan kemiskinan (poverty
alleviation). Untuk itu perlu dilakukan strategi yang secara
keseluruhan disebut Strategi Trisula (Three-pronged Strategy),
yang terdiri dari: (1) menggalakkan peluang (promoting