Page 147 - Masalah Pertanahan di Indonesia
P. 147

akan tetap dipertahankan, dan kalau akan diarahkan ke perataan pendapatan.
            Selain itu dapat pula dipikirkan apakah pengelompokan tanah tambak
            dengan tanah kering atau pekarangan sudah benar? Di Aceh banyak sawah
            yang diubah menjadi tambak dan ini memberi indikasi bahwa persatuan luas
            tambak lebih menguntungkan daripada sawah. Untuk keperluan penelaahan
            hal ini lebih lanjut seyogyanyalah kalau kita melihat hubungan antara luas
            tanah usaha, pendapatan bersih dan biaya hidup petambak.

                Pendapatan bersih saja akan mencerminkan kesuburan tanah, tingkat
            investasi dan teknologi yang digunakan, jenis temak yang dipelihara, karena
            harga, pemasaran dan lainnya.
            3.  Penguasaan Tanah Tambak

                Bagaimana keadaan penguasaan tanah tambak yang sebenamya tidak
            banyak diketahui, tetapi umumnya tidak banyak membuat persoalan kecuali
            di beberapa daerah, karena sebagian besar petambak mengerjakan tambaknya
            sendiri.
                Yang menjadi persoalan adalah terjadinya polarisasi penguasa tambak
            pada beberapa orang atau penguasaan/pemilikan tambak yang berlebihan
            menurut ketentuan pembatasan maksimum pemilikan. Hal ini terjadi karena
            persewaan, pegadaian, pembelian, dan bagi hasil. Daerah-daerah dimana
            banyak terjadi penguasaan berlebihan adalah daerah-daerah tambak dekat
            kota besar dengan tambak-tambak yang maju penguasaannya. Sebagai contoh
            dapat disebut di sini Kabupaten Sidoarjo. Sejak masa kolonial banyak terjadi
            pemilikan yang luas, seperti almarhum Haji Anwar yang pemah memiliki
            800 ha tambak. Setelah Haji Anwar meninggal maka tambaknya dibagi di
            antara pewarisnya. Setelah UUPA berlaku, maka terjadilah pembatasan luas
            maksimum yang untuk Jawa adalah 6 ha. Para pemilik tanah tambak berlebih
            banyak yang dapat mewariskan, menghibahkan atau mengatasnamakan
            tambaknya kepada keluarga- keluarga terdekat. Hal ini bertentangan dengan
            dengan peraturan pelaksanaan UUPA karena dilakukan tidak dihadapan
            pembuat akta tanah, dan juga keluar dari garis samping 2 derajat, dan terjadi
            juga di provinsi-provinsi lain yakni di Sulawesi Selatan. Sampai laporan ini
            disusun rata-rata pemilikan tambak di Kabupaten Sidoarjo kira-kira 10 ha,
            dan pemilikan tambak seluas 30 ha masih umum, kenyataan ini terjadi karena


                                           112
   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151   152