Page 148 - Masalah Pertanahan di Indonesia
P. 148
orang tidak peduli lagi akan peraturan tentang luas pemilikan maksimum
tanah pertanian, dan kenyataannya memang tidak ada sanksi apa-apa.
4. Guntai (absentee Ownership)
Dalam UUPA ada ketentuan bahwa pemilik tanah pertanian harus
berdomisili paling jauh dalam kecamatan yang bertetangga dengan kecamatan
dimana tanah pertaniannya terletak. Kalau tidak, artinya lebih jauh daripada
yang ditentukan, maka ia akan dinyatakan sebagai tanah guntai (absentee
owner) dan tanahnya akan diambil oleh negara untuk dibagikan kepada petani
yang tak bertanah. Hal ini didasarkan kepada idealisme bahwa sebaiknya tanah
dimiliki oleh petani penggarap. Persoalan absentee ownership ini telah lama
menjadi pemikiran, yaitu semenjak adanya Panitia Hukum Agraria di tahun
1947, sampai dengan diadakannya seminar agraria dan konferensi Agraria di
Tretes, Jawa Timur pada tahun 1959 persoalan absentee ini masih merupakan
suatu isu yang tetap kontroversial seperti juga beberapa persoalan agraria lain
umpamanya maksimum dan minimum pemilikan tanah.
Banyak orang yang merasa bahwa persoalan absentee ownership belum
terpecahkan dengan baik dan akan tetap menjadi persoalan di waktu yang
akan datang. Setelah UUPA berlaku kelihatanlah kelemahan dari ketentuan
absentee yang didasarkan atas jarak letak tanah dan pemiliknya yang dibatasi
oleh batas administratif daerah. Batas ini dapat berubah.
Orang Ujung Pandang yang mempunyai tambak di Kabupaten Maros
banyak yang dinyatakan sebagai absentee. Dengan perluasan kota Ujung
Pandang dan perubahan batas kecamatan-kecamatan, maka sekarang
mereka dapat dinyatakan bukan absentee lagi dengan bekas tambaknya
dahulu. Gagasan tanah bagi penggarap juga dipengaruhi oleh perkembangan
perhubungan fisik antara tempat-tempat sebagai akibat perbaikan dari
jaringan jalan raya. Seorang yang tinggal di Surabaya tetapi memiliki tambak
di Sidoarjo dapat mencapai tambaknya dengan sepeda motor dalam waktu
yang singkat, dan ia betul- betul mengerjakan tambaknya dengan aktif.
Tetapi karena kedua kecamatan tak bertetangga maka menurut hukum
ia adalah seorang guntai. Tetapi seorang pedagang di Sidoarjo yang memiliki
tambak dalam satu kecamatan dengan tempat tinggalnya menurut hukum
akan dianggap bukan guntai walaupun ia jarang pergi ke tambaknya dan
113