Page 191 - Masalah Pertanahan di Indonesia
P. 191
VI. MASALAH PERTANAHAN DI DAERAH ISTIMEWA ACEH
A. PENDAHULUAN
Di dalam suatu proses pembangunan pertanian dalam arti yang luas, kita
selalu akan berhadapan dengan dua aspek penting yang saling bergantungan,
yaitu pertama menyangkut dengan jumlah sumber daya alam dan teknologi
yang dipakai (luas tanah, jumlah investasi, dsb.); kedua menyangkut dengan
sumber daya manusia untuk meningkatkan jumlah dan mutu hasil, baik
melalui perluasan areal maupun melalui peningkatan produktivitas.
Tanah yang tersedia relatif terbatas, karenanya dalam jangka panjang
peningkatan produktivitas mempunyai arti yang lebih penting. Peningkatan
produktivitas memerlukan tambahan modal (teknologi). Akan tetapi
peningkatan hasil sektor pertanian mempunyai batas-batas maksimum.
Karenanya setiap penambahan kapital selalu dikaitkan dengan capital output
ratio yang diharapkan.
Dalam hubungan dengan peningkatan produksi pertanian di Daerah
Istimewa Aceh jumlah modal yang digunakan per satuan areal relatif masih
rendah, dengan demikian produktivitas persatuan areal masih rendah.
Usaha meningkatkan produksi melalui perluasan areal masih sangat
memungkinkan, baik perluasan areal sawah, perkebunan rakyat, perkebunan
besar, perikanan dan penyediaan areal untuk budidaya petemakan yang
intensif. Tanah pertanian masih cukup banyak tersedia.
Pelaksanaan yang serentak antara peningkatan produktivitas dan
perluasan areal, akan meningkatkan produksi pertanian lebih cepat yang
akhimya memberi kesejahteraan yang lebih besar kepada masyarakat di sekitar
pertanian dan pedesaan.
B. GAMBARAN UMUM DAERAH ISTIMEWA ACEH
1. Letak dan luas
Provinsi Daerah Istimewa Aceh, terletak antara 95 – 98 Bujur Timur
o
o
dan 2 – 6 Lintang Utara, dan merupakan daerah paling ujung di bujur
o
o
utara Pulau Sumatera. Luas propinsi (daratan dan pulau-pulau yang
termasuk di dalamnya) adalah 55.390 kilometer persegi.
156