Page 100 - Mozaik Rupa Agraria
P. 100

Api di Lereng Merapi


                  Kus Sri Antoro

















           Tidak seorang pun tahu dengan pasti berapa kali gunung Merapi
           meletus menyemburkan inti bumi. Tatkala lava pijar yang panas
           meluap dari  kawahnya,  saat awan  panas  bergulung-gulung
           terbawa  angin ke berbagai  penjuru, ketika bebatuan  dan  pasir
           berhamburan begitu dahsyatnya, cuma satu hal yang terbayang:
           kematian. Suhu yang amat tinggi membuat hutan pinus di lereng-
           lerengnya  berubah  jadi  tegakan arang,  bahkan gundukan abu.
           Di kampung-kampung  sekitarnya, berbagai  tanaman  pangan
           dan pakan di ladang-ladang dan sawah-sawah layu tertutup abu
           vulkanik. Udara membaur  dengan  debu  silika, menyesakkan
           dada  dan memedihkan mata. Ketika hujan  turun,  lahar  dingin
           menggantikan air  jernih di  sungai-sungai,  menerjang  dan
           menghanyutkan apa saja yang dilaluinya, memunahkan berjuta-
           juta ikan. Kehidupan seolah berhenti untuk beberapa hari.

                Namun bagi kami, letusan  gunung  Merapi  adalah berkah
           karena menjadi sumber-sumber nafkah. Abu vulkanik yang luruh
           ke tanah perlahan menyumbang kesuburan. Seiring berjalannya
           waktu, tunas-tunas baru bermunculan dari batang-batang pinus
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105