Page 304 - Mozaik Rupa Agraria
P. 304
ASN sesungguhnya juga buruh namun kesempatannya untuk
merebut alat produksi lebih kecil daripada buruh manufaktur;
karena alat produksinya ialah sistem penyelenggaraan negara dan
pemilik modalnya ialah para pembayar pajak.
Pergeseran cara hidup dari berburu (dan meramu) menuju
bertani dan lalu memburuh diiringi dengan perubahan relasi
sosial dan konsep penguasaan sumberdaya. Tampaknya, sulit
bisa membayangkan nelayan bekerja seorang diri demikian pula
peladang berpindah, hasil yang mereka dapatkan bukan kerja
individu karenanya kehidupan nelayan/peladang berpindah
berciri komunal.
Petani masih mungkin bekerja sendiri (dalam lahan sempit),
memperoleh hasil individu, atau membaginya secara kolektif
ketika melibatkan banyak tenaga kerja. Karakter individualistik
pada petani justru mudah ditemukan dalam pertanian modern
yang mengandalkan mekanisasi. Asumsinya, semakin sedikit
tenaga manusia, semakin efisien.
Ketika tanah yang tak digarap tidak menghasilkan panen
(nilai lebih), maka dapat dikatakan berkat keringat petani-
penggaraplah sebidang lahan dapat dipanen untuk hidup. Tenaga
kerja, dengan demikian, menjadi faktor yang penting dalam
pertanian. Buruh tani, sekalipun dalam usaha tani subsisten,
adalah fenomena buruh di sektor pertanian, terlebih pada usaha
tani komersial/industri dan perkebunan.
Pada sumber penghidupan berbasis perairan, hubungan
anak buah kapal, nahkoda dan pemilik kapal sangat mungkin
menunjukkan hubungan buruh dengan majikan. Pemilik kapal
atau pemodal menempati posisi paling kuat, baru kemudian
nahoda dan anak buah kapal. Posisi nahkoda sangat kuat jika
nahkoda merangkap pemodal. Pembagian hasil tangkapan ikan
dan relasi kerja antara anak buah kapal, nahkoda dan pemilik
Deagrarianisasi dan Reforma Agraria 291