Page 330 - Mozaik Rupa Agraria
P. 330
sebagai bagian dari persoalan ketimbang penyelesaian, misalnya:
memfasilitasi akumulasi tanah bagi swasta (Kasultanan dan
Pakualaman) menggunakan dana istimewa yang bersumber
APBN.
Lalu, dengan kenyataan seperti itu, bagaimana memahami
Keistimewaan DIY secara lebih utuh dan relatif tepat?
Sebagaimana Pramoedya Ananta Toer menuturkan masa
depan nusantara lewat Arus Balik , Ahmad Nashih Lutfi juga
7
8
menggunakan istilah Arus Balik untuk gambarkan kemunduran
politik agraria dalam konteks lokal DIY, tentunya sebagai akibat
dari arus balik laba dari negara-negara selatan ke negara-negara
utara. Di tengah gempita sejarah penguasa, pekik lirih Pramoedya
hendak mengingatkan bahwa Indonesia lahir di tengah wajah
nusantara yang sudah jauh berubah. Proklamasi kemerdekaan
Indonesia tak digemakan di ruang hampa, sebab peta geografi
ekonomi nusantara terus berganti rupa.
Propinsi DIY adalah arena kapital, yang di dalamnya hidup
watak dari tradisi kekuasaan yang khas dan terwariskan, yaitu:
hirarkis, akumulatif, dan predatoris, dalam bingkai rezim
Keistimewaan DIY.
Mengapa Keistimewaan DIY dalam konteks agraria kembali
diangkat lewat tulisan ini?
Sebab 1) Keistimewaan DIY tak hanya berdampak pada
hilangnya hak atas tanah sebagai akibat sekunder, tetapi juga pada
berbunyi “setelah perjanjian ini habis masa berlakunya, Pihak Kedua (masyarakat) sanggup
mengembalikan tanah tersebut kepada Pihak Kesatu (Kasultanan) dalam keadaan utuh
dan baik, serta tidak akan meminta ganti rugi atas bangunan/gedung dan tanaman yang
berada di atas tanah tersebut”.
7 Toer, Pramoedya Ananta. Arus Balik. Jakarta: Hasta Mitra
8 Luthfi, Ahmad Nashih. 2015. Arus Balik Politik Agraria di Yogyakarta. Makalah disampaikan
pada FGD dengan tema “Pertanahan di DIY setelah Berlakunya UU NO 13 Tahun 2012” Tim
Pemantau DPR RI terhadap Pelaksanaan UU terkait Otonomi Khusus Aceh, Papua dan
Keistimewaan Yogyakarta, DPRI RI, 26 Oktober 2015.
Deagrarianisasi dan Reforma Agraria 317