Page 471 - Mozaik Rupa Agraria
P. 471

Jawa ke  seluruh kepulauan Indonesia. Kekuatan  politik  dan
           dominasi budaya  di Indonesia memiliki  dampak  yang  penting
           pada berbagai kelompok budaya Indonesia ketika mereka diminta
           untuk mengimajinasikan apa itu Indonesia.
               Proses-proses dominasi budaya di Indonesia sebagai akar dari
           negara Jawa merupakan sebuah metafor dan pusat geografis. Dari
           sinilah kemudian dikenal terminologi ‘inner’ Indonesia (Jawa dan
           Bali) dengan ‘outer’ Indonesia (pulau-pulau yang lain). Muncul
           juga pencirian yang  lain yaitu pusat populasi  persawahan yang
           padat (sebagian besar Jawa, Bali,  sebagian Sumatra Barat  dan
           Sulawesi) yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan para
           pemilik  tanah, meningkatnya harga  sewa, kontrol  tanah  oleh
           kelompok elit dan  populasi  dataran  tinggi  pinggiran  (upland
           margins) yang meliputi Sumatra, Kalimantan dan Irian Jawa yang
           menjadi  subjek  dari  kontrol  birokrasi  yang kurang  sempurna
           dimana  masyarakatnya ditekan dalam  kepemilikan sumberdaya
           dan dimana ekstraksi  sumberdaya  (melalui  perkebunan
           agroindustri, pertambangan, penebangan kayu) yang dilakukan
           oleh pusat terjadi dan merusak livelihood lokal.

               Terminologi ‘pusat’ dan ‘pinggiran’ untuk memformulasikan
           adanya  kesenjangan  ekonomi,  politik  dan  budaya.  Kelompok-
           kelompok  yang  termasuk  dalam kategori margin ini, memiliki
           berbagai kekuatan  yang  dapat mengancam kesatuan nasional
           dan mengaburkan imajinasi  tentang komunitas Indonesia
           (dicontohkan  dengan  Aceh  dan Irian Jaya).  Sebagai  sebuah
           kebijakan  pembangunan,  transmigrasi menjadi  kepanjangan
           tangan yang penting bagi negara untuk mengendalikan wilayahnya
           yang seringkali juga didukung oleh kehadiran militer. Hal ini juga
           yang muncul  di  Lampung  dimana  transmigrasi lokal  menjadi
           bagian dari upaya untuk mengontrol  ‘orang (perambah hutan)’
           (forest squatters) dan ‘ruang (forest).



           458    Mozaik Rupa Agraria: Dari Ekologi Politik hingga Politik Ruang
   466   467   468   469   470   471   472   473   474   475   476