Page 524 - Mozaik Rupa Agraria
P. 524
mengharap kematian. Memohonlah kepadaku, Kirman. Aku
bisa membebaskanmu dari segala derita dunia. Aku tawarkan
padamu pertolongan, sekali untuk selamanya. Katakan: Ya, dan
semua akan selesai dalam sekejapan matamu. Datanglah padaku,
Kirman. Sendirian. Aku tunggu kau di luar pintu dapurmu jika kau
sudah siap kusembuhkan. Dan jangan lupa, panggil aku: Tuan.
[3] Kecemburuan Rubinem
Apa lagi yang tersisa dari hidupmu?
“Martabat! Aku masih punya martabat sebagai manusia.”
Haha! Jangan bercanda, Rubinem. Kau cuma lulus paket A.
Kau disingkirkan dari pasar kerja. Apa oleh-olehmu dua tahun
memburuh di Singapore, empat tahun di Malaysia, setahun di
Hongkong? Luka-luka. Penghinaan. Upah yang tak dibayarkan.
Penipuan agen-agen penyalur tenaga kerja. Dan kau tak ingin
kembali ke sana, sebab di sana kau diperdagangkan.
“Ketentraman! Aku masih punya ketentraman.”
Tolol! Dengan setumpuk hutang yang tak kunjung terbayar?
Apa kau sanggup bertemu Tukiran, Marni, dan majikan mereka
yang kau takuti? Darmi. Ya, Darmi menjeratmu dalam hutang
yang tumbuh berkembang. Kau hutang seratus ribu, tapi kau
wajib kembalikan dua kali lipat, tiga kali lipat, empat kali lipat…
Seiring waktu yang menghimpit hutangmu makin melangit. Kau
sudah miskin dan jatuh lebih miskin.
“Keluarga! Aku masih punya keluarga.”
Benarkah?
Mendiang kedua orang tuamu hanya mewariskan kemiskinan.
Suamimu telah menceraikanmu demi mempertahankan gono-
gini, harta bersama dengan isteri tua. Kau hanya punya hubungan
Politik Ruang, Populasi dan Kesehatan Mental 511