Page 538 - Mozaik Rupa Agraria
P. 538

dan  nama para  tetangga  yang  tutup usia  dengan  mengakhiri
           hidup.  Kusumo dan  Marni  cemas,  tak  tahu apa  yang  terjadi.
           Tetangga yang menjenguk Bu Darmi menyaksikan perilakunya.
           Kabar burung  cepat beredar,  bahwa Bu Darmi  akan  senasib
           dengan Tiara; Rubinem; dan Kirman.
                Pada suatu pagi Bu Darmi ditemukan mati, tergantung pada
           cabang pohon Jati yang tinggi. Di bekas ladang Kirman yang kini
           jadi miliknya.


           [5]  Keraguan Prawiro
               “Den Prawiro,  kulonuwun, Den  Prawiro…” seseorang
           mengucap  salam  dalam bahasa Jawa halus  di halaman  rumah
           ketika jarum jam dinding berhimpit di angka 6. Siapa bertamu
           sepagi ini? Tak tahu diri. Mesin motornya pun belum dimatikan.
           Sambil mengenakan kaus, aku bergegas keluar. Ternyata Tumijo,
           tukang kebunku, “Ya, ada apa, Jo?”

               “Punten dalem  sewu,  Den  Bagus, beribu maaf  saya
           mengganggu, Den. Ada kabar duka, Bu Darmi… Bu Darmi ditem…,
           ditemukan meninggal di ladang,” kabar duka itu disampaikannya
           terbata-bata,  “Saya  diutus Pak Kepala Dusun  supaya jemput
           Den Prawiro. Panjenengan dimohon segera ke lokasi.” berita itu
           mengejutkanku. Bu Darmi masih kerabatku, dia adik sepupu dari
           ibuku.

               “Hah? Bagaimana bisa, Jo?” Aku masih tak percaya, “seperti
           apa kejadiannya?”
               “Itu  nanti saja,  Den Bagus. Saya  ceritakan  sambil jalan …”
           jawabnya, “kita harus segera ke ladang Bu Darmi.”

               “Ya sudah, ayo kita ke sana” tanpa banyak pertimbangan, aku
           segera membonceng Tumijo. Apa yang terjadi pada bibiku, janda
           tuan tanah itu?



                                Politik Ruang, Populasi dan Kesehatan Mental  525
   533   534   535   536   537   538   539   540   541   542   543