Page 105 - Kembali ke Agraria
P. 105
Usep Setiawan
dilancarkan oleh negera ataupun swasta.
Dalam konteks ini, masyarakat adat Kampung Naga dapat dipan-
dang sebagai salah satu korban ‘pembangunan’ yang terjadi sejak
zaman kolonialisme Belanda. Sementara pemerintah Republik Indo-
nesia, seperti diungkapkan tokoh Naga, hanya meneruskan kebijakan
agraria yang dibuat para penjajah. Terbukti, tanah/wilayah adat
mereka yang pada zaman Belanda dirampas untuk dijadikan perke-
bunan hingga kini tidak pernah dikembalikan.
Masalah lain yang dihadapi oleh Orang Kampung Naga adalah
keengganan mereka dijadikan objek pariwisata. Hingga kini, peme-
rintah masih menempatkan Kampung dan Orang Naga sebagai objek
wisata, baik domestik maupun mancanegara. Padahal, mereka tidak
senang diperlakukan seperti itu. Jika boleh memilih, Orang Kampung
Naga (menurut tokoh adat) lebih memilih dijadikan sebagai cagar
budaya, karena masyarakatnya masih mempertahankan adat yang
diwariskan para leluhur sekaligus melaksanakan falsafah hidup
turun-temurun.
Hal lain yang sering dikeluhkan sejumlah tokoh adat Naga ada-
lah hilangnya catatan sejarah Naga yang dikenal dengan ’Piagam
Naga’. Konon piagam itu dipinjam pemerintah kolonial Belanda dan
tidak dikembalikan hingga hari ini. Orang Naga punya keyakinan
bahwa suatu saat, tanah adat mereka akan kembali. Hal ini diisya-
ratkan oleh leluhur dalam pesan yang mengandung harapan untuk
kembalinya tanah adat Naga. Karuhun berpesan : Jaganing jaga di
mana pamarentah geus bener, eta tanah bakal dipulangkeun. Artinya, di
akhir kemudian ketika pemerintah sudah benar, maka tanah tersebut
akan dikembalikan. Yang menjadi soal, ukuran benar menurut adat
dan benar menurut pemerintah itu masih belum bertemu di satu titik
yang sama hingga kini.
Catatan akhir
Tidak dapat dipungkiri, perhatian dan energi kalangan yang
concern atas pembelaan terhadap masyarakat adat Indonesia selama
86