Page 25 - Kembali ke Agraria
P. 25

Usep Setiawan

            “aktivis agraria” dalam dunia aktivisme di jaman Indonesia di bawah
            rejim otoritarianisme Orde Baru memiliki asal-usul sejak tahun awal
            1980an, sebelum Usep Setiawan mulai berkiprah. Pada waktu itu
            kategori “aktivis mahasiswa”, “aktivis hak asasi manusia” dan “akti-
            vis lingkungan” sudah terlebih dahulu hadir dan tampil dalam pang-
            gung-panggung sosial-politik. Melalui kategori-kategori ini lah “akti-
            vis agraria” muncul. Para aktivis agraria ini membedakan diri setelah
            melalui pengalaman kunjungan-kunjungan ke desa, tinggal sewaktu-
            waktu bersama korban perampasan tanah untuk memahami situasi
            hidup mereka. Pada waktu itu dikenal istilah Turba, turun ke bawah.
                Sejak tengah tahun 1980-an di berbagai kota mulai dari Medan,
            Padang, Palembang, Lampung di pulau Sumatera; hampir semua
            kota universitas di Jawa; hingga kota Mataram di Lombok, Menado,
            Palu, Ujung Pandang di Pulau Sulawesi, Samarinda, Banjarmasin,
            Pontianak di pulau Kalimantan hingga Biak dan Jayapura di Irian
            Jaya, merebak komite-komite aktivis mahasiwa dan juga organisasi
            non-pemerintah (waktu itu dikenal dengan nama LSM, Lembaga
            Swadaya Masyarakat) melakukan pembelaan atas korban peram-
            pasan tanah akibat bekerjanya perusahaan-perusahaan kehutanan,
            pertambangan dan perkebunan, dan juga proyek-proyek raksasa
            seperti waduk, transmigrasi dan sebagainya. Melalui apa yang dikon-
            sepsikan sebagai bantuan hukum struktural, Yayasan Lembaga Ban-
            tuan Hukum Indonesia (YLBHI), 14 kantor-kantor LBH dan sejumlah
            Pos LBH-nya memiliki andil menjadi pemulai, promotor, pembela
            petani korban dan teman kerja bagi aktivis yang mengorganisir dan
                                         2
            mengartikulasikan protes-protes.  Selain itu, ornop-ornop lain di ber-


                2  Buku-buku Laporan Keadaan Hak Asasi Manusia yang terbit setiap tahun
            semenjak 1979 menjadi tempat di mana kasus-kasus agraria yang terjadi di kampung-
            kampung seantero kepulauan Indonesia dituliskan. Sekaligus, juga tempat dimana sebab-
            sebab dari penderitaan rakyat ditunjukkan, dan tuntutan penegakan hak asasi manusia
            dikedepankan. Buku-buku Laporan itu terbit hampir setiap tahun dan ada kalanya dua
            tahun digabung menjadi satu buku. Laporan yang tersedia mulai tahun 1979, 1980, 1981,
            1982-1983, 1984-1985, 1986-1987, 1989, 1990, 1991, 1992, 1993, 1994, dan terakhir 1996.
            Kecuali untuk buku pertama yang dibuat tahun 1979, yang hanya berjudul Laporan

            6
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30