Page 27 - Kembali ke Agraria
P. 27

Usep Setiawan

            likasi yang dilakukan aktivis organisasi non-pemerintah tak putus-
            putusnya menyuarakan keharusan penyelesaian konflik agraria dan
            pelaksanaan land reform (lihat misalnya Harman et al 1995; Fauzi
            and Fidro 1998; Fauzi dan Faryadi 1998).
                Usep Setiawan yang pada saat itu adalah mahasiswa jurusan
            Antropologi Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung menempa
            diri menjadi aktivis agraria semenjak awal tahun 1990-an. Aktivis-
            menya berangkat dari persentuhannya dengan sejumlah korban pe-
            rampasan tanah di Jawa Barat, yang terlebih dahulu dipelopori oleh
            kelompok aktivis yang lebih terdahulu melakukan kunjungan-kun-
            jungan ke desa, mengungkap kasus-kasus itu melalui protes-protes
            atas penindasan yang terjadi dalam sejumlah kasus tanah tersebut.
            Usep Setiawan mulai bersentuhan langsung dengan korban-korban
            kasus tanah, antara lain, Mekarsaluyu dan Ciburial (Bandung), Jatige-
            de (Sumedang), Lengkong dan Gunungbatu (Sukabumi), Tapos (Bo-
            gor), Badega, Cisaruni dan Kampung Dukuh (Garut), Cimerak dan
            Pasawahan (Ciamis), Cigalontang dan Kampung Naga (Tasikma-
            laya).
                Konsorsium Pembarauan Agraria (KPA) didirikan pada tahun
            1994 oleh organisasi-organisasi non-pemerintah, kelompok-kelompok
            aktivis mahasiswa, dan organisasi akar rumput rakyat lokal untuk
            menjadi koalisi yang bekerja menjadi penyebar gagasan pembaruan
            agraria dan mengusahakan perubahan kebijakan dan politik agraria,
            serta mengembangkan kapasitas organisasi-organisasi rakyat. Studi-
            studi mengenai keadaan agraria wilayah, politik agraria nasional,
            dan agenda pembaruan agraria yang dilakukan sejumlah aktivis pe-
            neliti agraria memberi dasar penting bagi kelahiran KPA yang secara




            Presiden dan Istrinya. Memang dalam poster itu terdapat karikatur yang figurnya
            dengan mudah dikenali sebagai figur Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto.
            Surat Kabar dan majalah mempublikasikan berita ini, termasuk majalah berita Jakarta
            Jakarta edisi 25 Mei 1991 yang secara mencolok memuat foto paspor si pelukis
            dengan menutup matanya bagaikan figur kriminal, disertai latar belakang poster-
            kalender yang disamarkan.

            8
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32