Page 32 - Kembali ke Agraria
P. 32

Prolog

               tasikan TAP MPR ini adalah Komisi Nasional Hak-hak Asasi Manu-
               sia (Komnas HAM) dalam konteks transitional justice untuk menye-
               lesaikan pelanggaran HAM di masa Orde Baru. Ujung dari usaha ini
               adalah promosi usulan pembentukan Komisi Nasional untuk Penye-
               lesaian Konflik Agraria (KNuPKA) yang disampaikan kepada Presi-
               den Megawati Soekarnoputri dan kemudian juga pada Presiden
               Susilo Bambang Yudhoyono (Bachriadi, 2004b; dan Tim kerja
               KNuPKA, 2004). Usep Setiawan juga menjadi panitia pengarah dan
               sekaligus motor dari usaha pembentukan KNuPKA ini, sebagai Koor-
               dinator Panitia Pelaksana Tim Kerja Menggagas Pembentukan
               KNuPKA. Pada posisi ini, Usep Setiawan bersama tim dari KPA,
               BPN dan Kementerian Kehutanan mempelajari kelembagaan Com-
               mission on Restitution of Land Right di Afrika Selatan dalam rangka
               penyelesaian klaim-klaim hak atas tanah dari rakyat yang tanahnya
               dirampas semasa rejim Apartheid berkuasa sejak 1914. Setelah tim
               KNuPKA ini bertemu Presiden Megawati, dan juga Presiden SBY
               akhirnya putusan datang melalui Menteri Sekretaris Negara Yusril
               Ihza Mahendra di tahun 2005. Isi putusan itu adalah menolak pem-
               bentukan KNuPKA dan merekomendasikan penguatan kelembagaan
               Badan Pertanahan Nasional (BPN) RI untuk menangani dan menye-
               lesaikan perkara, konflik dan sengketa agraria.
                   Pimpinan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
               (BPN-RI) pada periode 2001-2005 menggunakan TAP MPR itu untuk
               melakukan pengusulan undang-undang baru pengganti Undang-
               Undang Pokok Agraria No. 5 tahun 1960 (UUPA) dengan “merede-
               finisi prinsip-prinsipnya” (Sumardjono, 2002, 2006, 2008). Hal ini
               menangguk pro dan kontra yang berkepanjangan, baik di kalangan
               ornop, sarjana hukum agraria, dan pejabat pemerintahan, seperti
               halnya berbagai usulan revisi UUPA sebelumnya (untuk sketsa
               mengenai hal ini lihat Bagan 1 Konstelasi Upaya-upaya untuk Mengu-
               bah UUPA 1960, Bachriadi 2004b, 2006, 2007). Aliran energi yang
               besar dan kontroversi ini terus berlangsung hingga Kepala BPN baru,
               Joyo Winoto, yang diangkat oleh Presiden RI pada tengah tahun 2005


                                                                         13
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37