Page 299 - Kembali ke Agraria
P. 299
Usep Setiawan
selama ini tuna-aset dan minim akses terhadap sumber-sumber eko-
nomi dan sumber-sumber kesejahteraan hendaknya segera ditolong
negara. Konstitusi yang mengamanatkan negara untuk menyediakan
“pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian” tetap men-
jadi koridor konstitusional dari upaya menata struktur agraria kita.
Rakyat miskin, terutama dalam hal ini buruh tani, petani peng-
garap, dan petani gurem, perlu segera difasilitasi negara, sehingga
memiliki dan menguasai lebih luas berbagai sarana dan prasarana
penunjang produktivitas ekonomi mereka. Dengan pemilikan dan
penguasaan berbagai alat produksi (terutama tanah, modal, bibit,
pupuk dan teknologi) dan beragam infrastruktur penunjang lainnya
itulah rakyat miskin akan memutar roda pembangkit ekonomi kerak-
yatan yang dicita-citakan.
Untuk mengakselerasi pembangunan ekonomi kerayatan model
ini, perlu digencarkan pembentukan koperasi-koperasi usaha bersama
milik rakyat dan badan-badan usaha bersama milik desa yang dike-
lola kolektif bersendikan semangat gotong-royong. Jika bergulir mu-
lus, awal babak perbaikan fondasi pertanian dan pengembangan
pedesaan sebenarnya tengah kita gelindingkan di atas rel yang tepat.
Geliat dari koperasi rakyat dan badan usaha bersama dalam hal
pra-produksi, produksi, pengolahan, produk turunan hingga pema-
saran hendaknya dipadukan dalam pendekatan kewilayahan secara
terintegrasi. Dengan demikian, pembaruan agraria sejati dapat secara
efektif berkontribusi pada perombakan struktur masyarakat agraris
yang menindas bin mengisap menuju susunan masyarakat sosial
baru yang dilumuri kesejahteraan, kemakmuran, dan kemandirian.
Akankah reshuffle kabinet awal Mei ini menerbitkan harapan
baru bagi realisasi sistem ekonomi kerakyatan? Tampaknya, jika wa-
jah-wajah baru di kabinet ternyata alam pikirnya tak jauh beda dengan
yang sudah-sudah, harapan itu pastilah tinggal harapan.***
(Artikel ini ditulis bersama oleh Usep Setiawan dan Iwan Nurdin)
280