Page 300 - Kembali ke Agraria
P. 300

Sinar Harapan, 12 Mei 2007








                       Hak Guna Usaha untuk Siapa?








                    ISAHKANNYA Undang-Undang Penanaman Modal oleh DPR
               D(29 Maret 2007) dikhawatirkan berbagai pihak akan mem-
               perkeras pertarungan beragam kepentingan dalam memperebutkan
               hak atas tanah sebagai sumber utama agraria. Dengan lugas, Rev-
               risond Baswir mengecam UU ini sebagai kesesatan pikir penyu-
               sunnya dalam memfasilitasi kepentingan neo-kolonialisme. Memang,
               menganggap tanah sebagai komoditas dan fasilitas insentif bagi
               penanaman modal asing maupun domestik ialah bagian dari cara
               pandang yang sesat itu. Cara pandang sesat inilah yang jadi keke-
               liruan fatal dari UU Penanaman Modal.
                   Mestinya disadari bahwa tanah sebagai resources bukan semata
               landscape fisik geografik, melainkan sarat hubungan sosial dan
               ekonomi. Tanah bukan hanya sumber daya penghasil surplus pro-
               duksi, melainkan akar pengetahuan (knowledge) bahkan identitas
               budaya masyarakat. Di atas tanah itulah hubungan kemanusiaan
               dibangun (Siti F. Khuriyati, 2007). Di atas tanah masyarakat
               menganyam relasi sosial, menata produksi dan membangun budaya.
               Bangsa agraris ini membentuk identitas sosial dalam landscape sosio-
               kultural secara holistis di atas tanah sebagai satu kesatuan jiwa raga
               bangsa.
                   Dalam bahasa UU No.5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
               Pokok Agraria (UUPA): “Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan
               tanah-air dari seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa

                                           281
   295   296   297   298   299   300   301   302   303   304   305