Page 305 - Kembali ke Agraria
P. 305
Usep Setiawan
kompleks Perkaplingan DKI, Green Villa, PT Intercon Taman Kebon
Jeruk dan Perumahan Unilever. Bisa dibayangkan gelepar keresahan
ribuan warga Meruya mendapati keputusan ini. Tak heran jika warga
kini berancang-ancang melakukan perlawanan hukum maupun tarung
secara fisik di lapangan. Mirip situasi darurat Negara, Meruya kini Siaga-1.
Pelajaran apa yang dapat dipetik dari meruyaknya kasus tanah
Meruya? Pertama, kasus Meruya menunjukan masih kusutnya admi-
nistrasi pertanahan kita. Kepastian dan perlindungan pemilikan hak
atas tanah masyarakat ternyata masih rentan dimentahkan oleh pro-
ses hukum yang bergulir di meja hijau. Tak pelak, BPN mendapat
sorotan karena diduga menerbitkan sertifikat di atas tanah yang se-
dang diperkarakan secara hukum di pengadilan. Sorotan ini tentu
harus diklarifikasi oleh pejabat BPN Jakarta.
Kedua, kuatnya sinyalemen adanya permainan di balik putusan
pengadilan juga sulit ditutupi. Dugaan adanya kong-kalikong antara
pihak penggugat dengan majelis hakim yang memutus perkara ini
menebarkan aroma menyengat. Tak heran jika dugaan ini menarik
perhatian khusus Komisi Yudisial yang bertugas mengawasi hakim.
Ketua KY bahkan berniat memanggil hakim yang memutus perkara
Meruya. Benar tidaknya sinyalemen ini menjadi catatan tersendiri
yang harus dibuktikan.
Ketiga, tampilnya back-up politis terhadap warga dari pejabat pe-
merintah dan parlemen mengisyaratkan persoalan tanah begitu lekat
dengan urusan politik. Kesediaan Gubernur Sutiyoso untuk pasang
badan membela warga memberi arti kuasa politik tak selalu seiring
dengan putusan hukum formal. Penyelesaian kasus sengketa tanah
mendapat bobot politik berbeda ketika pejabat pemerintah mau ber-
sikap jujur dan setia pada fakta di lapangan. Ancaman penggusuran
yang dihadapi rakyat ternyata dengan mudah ditepis ketika ada
pejabat bersedia memasangkan badannya membela warga.
Dari kasus Meruya kita memimpikan tampilnya para pemimpin
pemerintahan yang sudi berjuang bersama rakyat dalam memper-
tahankan haknya. Lebih jauh, kita merindukan para pemimpin bangsa
286