Page 326 - Kembali ke Agraria
P. 326

Kembali ke Agraria

               prestasi dalam pemilikan dan pemanfaatan sumber-sumber agraria
               itu serta untuk menikmati hasilnya. Lebih dari itu, politik agraria
               yang demikian menghasilkan konflik agraria yang luar biasa banyak-
               nya.
                   Konflik agraria yang diwarisi saat ini adalah buah dari politik
               agraria Orba. Politik agraria itu bukan hanya tidak secara konsekuen
               menjalankan pembaruan agraria (agrarian reform) tetapi justru me-
               nampilkan semangat anti pembaruan agraria dan menggagalkan
               perwujudan keadilan agraria. Politik agraria Orde Baru tersebut
               bermula dari digesernya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
               1960 dari posisinya sebagai undang-undang induk menjadi undang-
               undang sektoral, dengan ditetapkannya berbagai undang-undang
               pokok lainnya, seperti ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan (UU
               No. 5 tahun 1967).
                   Dengan sektoralisme ini, kebijakan manajemen dan praktik pem-
               bangunan agraria dilakukan secara terpusat dan diabdikan untuk
               kepentingan pertumbuhan dan akumulasi modal, dengan menga-
               baikan dan melanggar hak-hak rakyat atas sumber-sumber agraria.
               Dengan dijadikannya hukum sebagai alat untuk memfasilitasi
               kepentingan dan pertumbuhan akumulasi modal, lembaga-lembaga
               pemerintahan sektoral telah memberikan berbagai hak-hak baru atas
               sumber-sumber agraria untuk proyek-proyek bermodal besar di atas
               sumber-sumber agraria yang telah dimuati hak-hak rakyat. Konflik
               agraria yang kemudian terjadi ialah konflik agraria struktural yang
               di dalamnya sangat menonjol manipulasi dan kekerasan terhadap
               rakyat.
                   Memperhatikan pendekatan tersebut, di masa reformasi ini sudah
               waktunya dilakukan koreksi yang mendasar terhadap politik agraria
               orde baru. Koreksi tersebut harus mengedepankan kedaulatan rakyat
               atas penguasaan dan pemanfaatan sumber-sumber agraria. Secara
               ideal, koreksi ini tetap meneguhkan visi bahwa penguasaan dan pe-
               manfaatan sumber-sumber agraria dijalankan untuk mencapai kema-
               juan keadilan sosial dan kemakmuran rakyat—sebagaimana yang


                                                                       307
   321   322   323   324   325   326   327   328   329   330   331