Page 347 - Kembali ke Agraria
P. 347
Usep Setiawan
dengan “fakta menyayat di bawah” yang dicerminkan kerasnya kon-
flik agraria dan tajamnya ketimpangan agraria. Harus dijembatani
antara konsep ideal reforma agraria untuk keadilan sosial bagi rakyat
Indonesia dengan realitas di lapangan yang masih jauh dari adil
akibat absennya keadilan agraria.
Konsep dan praktek
Reforma agraria memerlukan langkah kongkrit. Selain komitmen
politik Presiden RI dan jajarannya tak tergantikan, reforma agraria
juga perlu kelembagaan pelaksana serta pembiayaan yang kuat. Perlu
strategi pelaksanaan reforma agraria yang diawali inventarisasi
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dan
kekayaan alam, serta warga akan menerima manfaat (beneficiaries).
Inventarisasi berguna untuk mengetahui keadaan nyata objek dan
subjek reform di lapangan.
Visi ideologis reforma agraria mestilah mengacu Undang-Un-
dang No 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(UUPA) yang memiliki jiwa dan semangat kerakyatan yang men-
dahulukan kepentingan golongan ekonomi lemah. UUPA yang pada
tanggal 29 Januari 2007 disepakati pemerintah dan DPR untuk tak
diubah, makin urgen dijalankan. Kita angkat topi kepada Joyo dan
jajarannya yang memegang teguh UUPA.
Orientasi kepada kaum miskin sebagai konsekwensi dari komit-
men pemerintah dalam memberantas kemiskinan, sudah benar. Refor-
ma agraria memang banyak modelnya. Tapi rakyat miskin seperti
buruh tani, petani gurem, petani penggarap dan masyarakat adat di
pedesaan mutlak jadi subjek utama penerima manfaat. Para
“penguasa” dan “pengusaha” perlu dikelola agar berkontribusi posi-
tif dalam reform, bukan malah jadi penghalang. Harus dicegah ka-
langan di luar si miskin mendompleng dan curi kesempatan dalam
kesempitan.
Wacana dan konsep mantap reforma agraria perlu dibuktikan
di lapangan. Pemerintah perlu merumuskan formula-formula praktis
328