Page 182 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 182
172 Di Atas Krisis Sosial-Ekologis Semacam Apa
Megaproyek MP3EI Bekerja?
Permukiman buruh yang sangat dikenal di Bekasi adalah daerah Pintu 1000. Dinamai demikian karena, begitu memasuki
daerah ini, orang akan menemukan demikian banyak pintu kamar-sewa. Letaknya bertetangga dengan kawasan industri
terbesar, Jababeka. Pintu seribu menyerupai lorong yang diapit pagar kawasan industi dan jalan raya. Luasnya kurang lebih
200X500 meter persegi. Sebuah jalan aspal yang membelah lorong ini. Tepi jalan itu dipenuhi kios pedagang barang kelon-
tong, pedagang pakaian jadi, warung makan, warung kopi, dan binatu. Di kedua sisi jalan para tuan tanah membangun
deret-deret kamar sewa. Satu pemilik usaha bisa membangun deret yang memuat belasan kamar, bahkan hingga 50 kamar.
Bentuknya sama, dicat dengan warna sama, berukuran sama: 2 X 3 meter. Di sebelah depan kamar terdapat teras kecil yang
dapat digunakan buruh untuk memarkir sepeda motor dan menjemur pakaian. Dapat dipastikan jumlah pintu di lorong pintu
seribu sudah melampaui angka seribu buah. Singkat kata, persoalan perumahan buruh sudah diselesaikan melalui suatu
mekanisme pasar tersendiri, yang bekerja dengan sendirinya, tanpa insentif apapun dari pemerintah. Dan, kehadiran buruh
menumbuhkan ekonomi informal tersendiri di sekitar pemukiman buruh.
Lingkungan permukiman buruh umumnya padat dan berdrainase buruk. Air bersih adalah persoalan harian yang lain. Berte-
tangga dengan kawasan industri, membuat lingkungan ini pengap dan berudara buruk. Kamar sewa seperti di lorong pintu
seribu menyediakan tempat singgah untuk buruh perantau, atau buruh yang sudah lelah dan bosan menjadi penglaju. Di
tempat inilah tinggal para buruh tetap, buruh kontrak dan outsourcing. Termasuk buruh penganggur yang menunggu perpan-
jangan kontrak, atau mencari kesempatan kerja lain. Penganggur yang kehabisan uang, tidak bisa membayar ongkos sewa
kamar, mencari tumpangan sementara, selama kemungkinan itu tersedia. Kamar sewa memungkinkan buruh beristirahat
dan mengisi waktu luang membukan halaman facebook dari telephone selulernya. Selain gambar wali sembilan, poster
paling populer di dinding kamar buruh laki-laki adalah pahlawan sepakbola, pembalap sepeda motor, dan penyanyi pop.
Penyanyi pop datang dan pergi silih berganti menjadi idola mereka. Yang tetap tinggal, dan sukar diusir dari ingatan mereka,
adalah Slank dan Iwan Fals. Permukiman buruh menciptakan atmosfir dan kultur kelas pekerja tersendiri. Semacam adonan
yang unik dari kultur pekerja, anak-muda, dan perantau di perkotaan. Mereka ambil bagian dalam menghidupkan gerakan
buruh, merupakan pelaku dari aksi-aksi buruh sepanjang dua-tiga tahun terakhir.
Aksi Buruh Bekasi Sepanjang 2012
Maraknya aksi buruh di Jakarta sepanjang tahun 2012 membuat kaum buruh banyak dibicarakan. Pada bulan Maret 2012,
buruh dari berbagai kota berdemonstrasi satu hari penuh di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat untuk menolak pengu-
rangan subsidi (alias kenaikan harga) bahan bakar minyak. Para buruh kembali berpawai memasuki ibukota Jakarta pada
peringatan May Day 2012. Pada May Day ini, tiga konfederasi besar serikat buruh Indonesia: KSPI, KSPSI (di bawah pim-
pinan Andi Gani Nena Wea), dan KSBSI (Mudhofir), mendeklarasikan organisasi payung Majelis Pekerja dan Buruh Indonesia.
(MPBI). Majelis mengusung program pokok membangun gerakan, dan melancarkan kampanye baru: Hapuskan Outsourcing,
Tolak Upah Murah (disingkat: HOSTUM). Selanjutnya, Jakarta berkali-kali diramaikan demonstrasi untuk mendesakkan
pengesahan undang-undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Rancangan Undang-Undang BPJS disahkan
menjadi undang-undang pada 28 Oktober 2012, sesudah tertunda selama dua tahun. Berikutnya adalah Mogok Nasional 3
Oktober 2012. Sedikit berbeda dengan rangkaian demonstrasi sebelumnya, Mogok Nasional tidak dipusatkan di Jakarta,
melainkan tersebar di berbagai propinsi dan kota/kabupaten di Indonesia. Mogok Nasional berlangsung masif dan memaksa,
elit politik tidak bisa lagi mengabaikannya.
Pada semua pengerahan massa untuk demonstrasi yang dipusatkan di Jakarta, buruh Bekasi bukan sekedar ambil bagian.
Mereka mengirimkan kontingen dalam jumlah besar. Letak Bekasi --hanya satu jam perjalanan menuju Jakarta– mem-
berikan keuntungan tersendiri, memungkinkan mobilisasi itu dilakukan. Namun, faktor lain yang jauh lebih penting adalah