Page 192 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 192

Integrasi “Reforma Agraria” dengan Rencana Pembangunan Wilayah dan Pengentasan Kemiskinan

             tanaman warga berupa kelapa, pete, kopi, tanaman keras dll
             dibabat habis, diganti tanaman untuk perkebunan; karet, cengkeh
             dan kakao. Sejak saat itu, 1966, warga Gambar berkurang cukup
                    23
             banyak. . Inilah garis awal kehidupan sengsara sebagai Wong Persil.
             Tahun 1968, warga Gambar masih memakan gaplek sebagai makan
             pokok mereka. Itupun jika ada. Kalau tidak, maka makanan utama
             mereka adalah ketela pohon dan apa saja yang bisa dimakan dari
             ladang mereka. Makan nasi adalah sesuatu yang sagat istimewa.
             Saat itu mata pencaharian utama warga adalah; jual kayu bakar,
                                                       24
             juala bung (tunas bambu muda), sayur pakis.   Hingga tahun
             1975-85/86 dusun Gambar mayoritas dihuni oleh orang miskin,
             sebagian berpenyakit gondok dan sebagian ada yang epilepsi.
                 Selain kondisi kemiskinan absolut, masyarakat masih harus
             tunduk atas peraturan ketat yang mengekang mereka sebagai
             masyarakat yang hidup di perkebunan yang dikuasai perusahaan,
             diantaranya: a)Warga tidak boleh membuat pondasi rumah yang
             permanen, jika ketahuan akan dibongkar paksa dan tidak diberi
             pekerjaan di perkebunan. b)Salah potong pohon, meski kecil, maka
             kandang ternaknya akan dirusak. c) Kotoran sapi dan kambing milik
             perkebunan saja tidak boleh diambil warga. c) Setelah melahirkan,
             1 bulan harus bekerja lagi sebagai buruh, kalau tidak kerja maka

             23. Selain pindah ke daearah lain, sebagain ikut saudara di daerah sekitar Blitar,
                sebagian lain ikut transmigrasi ke SulawesiSebenanya sudah ada tuntutan
                warga sejak tahun 1942-1945 atas lahan garapan yang sudah pernah dibuka
                warga, sebab sejak 62-65 warga sudah bayar IPEDA (Iuran Pendapatan
                Daerah). Namun di tahun 1965 kelompok penuntut inilah yang kemudian
                distigmatisasikan sebagai golongan komunis dan dipaksa menyerahkan
                lahan mereka. sebagian yang lain menjadi korban. (Hasil wawancara dengan
                pelaku sejarah Gambar Anyar, 6 Juni 2010)
             24. (Hasil wawancara dengan sesepuh dusun Gambar Anyar, 7 Juni
                2010)

                                     — 173 —
   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197