Page 190 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 190
Integrasi “Reforma Agraria” dengan Rencana Pembangunan Wilayah dan Pengentasan Kemiskinan
20
21
Persil di sekitar Perkebunan Gambar di lereng gunung Kelud,
yang kisahnya menjulur sejak zaman Kolonial, masa Kemerdekaan,
masa 1965-1966, rezim Orde Baru hingga era Reformasi. Kisah
panjang dengan lika-liku ketragisan hidup yang masih terekam kuat
22
di kalangan sesepuh kampung yang masih hidup hingga sekarang.
20. Sebutan “Wong Persil” (arti harfiahnya; buruh perkebunan), namun secara
sosial identik dengan beberapa sifat yang menunjukkan keterbelakangan,
kemelaratan/kemiskinan, penyakitan, bodoh, kumuh, tak berpendidikan
dan tak punya masa depan. Menurut cerita warga Gambar, orang-orang tua
dulu selalu menasehati anak perempuanya agar tidak menikah dan mendapat
jodoh Wong Persil, sebab akan mengancam kehidupan dan masa depannya
yang bisa dipastikan suram, dan secara sosial akan menurunkan status mereka
di tengah-tengah masyarakat. (Hasil wawancara dengan sesepuh Gambar,
tanggal 7 Juni 2010).
21. NV Perkebunan Gambar didirikan berdasarkan Akta Notaris atas nama
RM Soeprapto No. JA. 5/66/13 tanggal 15-8-1957. Mengusai perkebunan
berdasarkan SK Menteri Dlam Negeri No. 57/HGU/BPN/1989 yang
tertanggal 19-10-1989 dan terbit sertifikat HGU No. 1/Summber Sari yang
berlaku sampai dengan 31-12-2015 atas lahan seluas 825,436 ha. (Lihat,
dalam Farhan Mahfuzhi, “Organisasi Tani, Merebut Hak Yang Terampas”,
dalam bunga rampai, Lutfhi J. Kurniawan dan Rima Diana Puspita (ed),
Bergerak Merebut Perubahan; Mozaik Gerakan Sosial Rakyat Dalam Melawan
Tirani Negara (In-Trans Publising; Malang, 2008), hlm.73.
22. Keberadaan saksi dan pelaku sejarah yang masih banyak hidup di Gambar
Anyar menjadi sandaran moral perjuangan dan rujukan sejarah lisan dalam
masa perjuangan perebutan hak atas tanah mereka di kemudian hari. Tidak
kurang 5 orang pelaku sejarah yang mssih sugeng /hidup di dusun Gambar
Anyar hingga sekarang, diantaranya; Mbah MD, Mbok ST, Mbah BSR,
dan Pak CP dan mereka adalah tokoh kunci yang terlibat langsung dalam
perjuangan land reform hingga sertifikasi. Makanan pokok mereka adalah
gaplek; dari bahan pokok ketela pohon yang diolah dengan beberapa tahap,
hingga dikeringkan dan kemudian ditumbuk menjadi butiran kecil, kemudian
di nanak seperti beras. Biasanya buat makanan utama pengganti beras, tapi
juga bisa menjadi campuran saja atau bisa juga dibuat menjadi makanan
ringan.
— 171 —