Page 185 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 185

Pengembangan Kebijakan Agraria untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlanjutan Ekologis

            tanah dan bentuk-bentuk penanganan persoalan agraria lainnya
            sebagai jawab atas problem kemiskinan di daerah mereka.

            c.  Atas Nama Inisiatif Rakyat; Belajar dari Koperasi
               Wangunwatie dan Land Reform ”Wong Persil”
            Di saat Negara absen atau alpa dalam menyelesaikan persoalan
            kemiskinan , inisiatif rakyat yang melakukan gerakan land reform
            dan usaha lain untuk mengatasi problem kemiskinan di Blitar dan
            Tasikmalaya, menunjukkan dengan jelas bagaimana secara mandiri
            masyarakat miskin di pedesaan mampu melakukan gerakan untuk
            memperbaiki kondisi kemiskinan. Mereka merombak struktur
            ketimpangan yang menyelimuti mereka dengan beragam strategi
            dan maneuver untuk menyiasati kekuasaan pasar maupun aturan
            Negara yang membatasi ruang hidup mereka.

            Koperasi Wangunwatie
            Koperasi ini adalah kumpulan eks buruh perkebunan Jerman
            yang mengelola kawasan Erfpacht bernama Straat Sunda Syndicaat
            NV Cultuur MIJ Wangunwatie yang berdiri tahun 1908, ketika
            Indonesia merdeka tahun 1945 dan terjadi proses nasionalisasi
            oleh pemeirntah RI tahun 1951, mereka memagari kawasan
            perkebunan yang ditinggal pemiliknya ini dengan mengelola
            bekas kebun itu menjadi persawahan, tegalan, dan kolam-kolam
            ikan. Disamping itu, dari kebun seluas 780 Ha itu disisakan
            280Ha nya sebagai milik kolektif yang dikelola bersama oleh
            mantan buruh ini sementara 400 Ha lainnya di bagi sama rata
            oleh mereka yang kesemuanya mantan buruh tani perkebunan.
            Pada tahun 1952 ketika telah terjadi redistribusi tanah bekas
            perkebunan kepada eks buruh perkebunan, saat itu pemerintah
            melalui Kepala Inspektorat Agraria Jawa Barat meminta agar lahan



                                    — 166 —
   180   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190