Page 150 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 150

M. Nazir Salim & Westi Utami

            tetap butuh kesepakatan dengan KLHK, khususnya BPKH yang ada di
            provinsi yang “menguasai” hutan sebagaimana tupoksi yang diberikan. 9
            Perdebatan ini menjadi panjang dan tidak berujung, karena masing-
            masing berbeda dalam memahami konsep Peta Indikatif, bahkan muncul
            tuduhan dari ATR/BPN, Menteri LHK “melepas kepalanya, tetapi ke-
            hutanan di daerah (BPKH) memegangi buntutnya”, sehingga ATR/BPN
            merasa dipermainkan (Komunikasi dengan Fisco dan Barkah Yoelianto,
            2018). Padahal bukan demikian sebenarnya, jika dibaca Permen LHK No.
            17/2018 bahwa proses pelepasan kawasan hutan merupakan proses yang
            panjang, melewati beberapa tahap: penelitian terpadu, pencadangan, tata
            batas dan penetapan batas, permohonan pelepasan, dan penerbitan
            keputusan pelepasan oleh Menteri KLHK (Permen LHK 17/2018 Pasal
            12-16).

                Dari penjelasan berbagai pihak, muara persoalannya pada ketidak-
            sepemahaman yang dibangun berdasarkan konsep TORA pelepasan
            kawasan hutan. Kita harus melihat logika yang dibangun oleh KLHK
            tentang Peta Indikatif yang terdiri atas 3 bagian, pertama pemukiman
            dan fasum-fasos, kedua tentang alokasi 20% untuk HGU yang harus
            menyediakan perkebunan masyarakat (plasma) pada periode sebelum
            terbitnya Permen ATR/BPN 7/2017, dan pemukiman transmigrasi beserta
            fasilitas umum yang memperoleh persetujuan prinsip. Tiga skema yang
            masuk dalam Peta Indikatif ini terjadi persoalan di dalam memahami
            objek datanya. Menurut KLHK, di dalam Peta Indikatif terdapat objek
            TORA, namun dalam pandangan kami sebagai peneliti, ada hal yang
            harus diperjelas. Poin ini tidak terlalu clear, karena asumsi pemahaman
            KLHK bahwa alokasi 20 persen sudah pelepasan, sehingga tinggal ditin-
            daklanjuti oleh ATR/BPN. Namun persoalannya, dalam peta indikatif
            tidak menyebutkan termasuk petanya, di mana lahan dengan angka 20%



                9  Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) mempunyai tugas melaksanakan
            pengukuhan kawasan hutan, penyiapan bahan perencanaan kehutanan wilayah,
            penyiapan data perubahan fungsi serta perubahan status/peruntukan kawasan hu-
            tan, penyajian data dan informasi pemanfaatan kawasan hutan, penilaian penggu-
            naan kawasan hutan, dan penyajian data informasi sumber daya alam. BPKH bertang-
            gung jawab kepada Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan.

              122
   145   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155