Page 118 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 118

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                              Tabel 2. Luas Tanah Partikelir di Seluruh Jawa

                           Daerah     Belum    Sudah dibeli   Sudah dibeli   Jumlah
                                    dibeli (1938)   (1918-1938)   sampai 1948
                         Jawa Barat   479.478 ha.   405.771 ha.   -   -
                         Jawa Tengah   6.244 ha.   11.657   -       -
                         Jawa Timur   3.223 ha.   -      -          -

                         Jumlah     488.945 ha.   417.428 ha.   240.577 ha.   1.146.950 ha.

                        Sumber: Tauhid, 2009 yang mengutip Data Statistik tahun 1938.

                            Seperti pada penjelasan di atas, letak perbedaan tanah
                        partikelir dengan tanah eigendom lainnya adalah hak-hak
                        pada  pemiliknya yang  bersifat  hak-hak  kenegaraan,
                        maksudnya hak istimewa yang dimiliki seperti: mengang-
                        kat/memberhentikan  kepala-kepala  kampung/desa/
                        umum yang diberi kekuasaan dan kewajiban kepolisian,
                        hak memaksa (kerja paksa-rodi), atau dengan uang peng-
                        ganti rodi dari penduduk yang tinggal di wilayah tersebut,
                        hak mengadakan pemungutan-pemungutan, uang atau
                        hasil tanah dari penduduk yang memiliki “hak usaha”. Hak
                        model demikian disebut “landheerlijke rechten”, dalam UU
                        No. 1 Tahun 1958 disebut “hak-hak pertuanan” (Majalah
                        Agraria, No. 2 Mei 1958).

                            Sikap dan perilaku tuan tanah di dalam praktik me-
                        manfaatkan  hak-hak dan tanahnya, menyebabkan ter-
                        hambatnya kemajuan penduduk, tidak memberi manfaat
                        bagi masyarakat, dan bertentangan dengan asas keadaan
                        sosial yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan negara.
                        Mengingat akan hal-hal tersebut, sudah seharusnya demi
                        kepentingan  umum  tanah-tanah  partikelir, yang  kini

                         82
   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123