Page 142 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 142

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                        social system,  a whole series of political, economic, and
                        cultural revolution, destroying the old and establishing the
                        new, with division of the land as the central element…”—
                        Landreform adalah revolusi yang merombak sistem sosial,
                        serangkaian revolusi politik, ekonomi, dan budaya, meng-
                        hancurkan yang lama dan membangun yang baru, dengan
                        pembagian tanah sebagai elemen utama ... (Parlindungan,
                        1989).
                            Tidak lama setelah Keppres di atas dikeluarkan, Men-
                        teri  Agraria pada tanggal 4 Agustus 1961  mengirimkan
                        surat kepada daerah untuk memberi petunjuk bagaimana
                        cara membentuk kepanitiaan landreform sekaligus men-
                        jelaskan ulang apa saja  yang harus dikerjakan. Sejak 1
                        September 1961, beberapa daerah sudah membentuk pani-
                        tia landreform, dari tingkat II sampai desa. Kementerian
                        juga membentuk daerah percontohan penyelenggaraan

                        landreform fase I di beberapa wilayah: Jawa, Madura, Bali,
                        dan Lombok dengan target redistribusi sekitar 1 juta hek-
                        tar. Pertimbangan memilih wilayah tersebut dalam fase
                        pertama karena masyarakatnya dianggap lebih siap untuk
                        menjalankan landreform, selain itu juga karena kepadatan
                        penduduk, kebutuhan petani, ketimpangan penguasaan
                        tanah, dan potensi sengketa tanah akibat kebutuhan peta-
                        ni atas tanah pertanian yang mendesak. Dengan daerah
                        percontohan tersebut harapannya dalam tempo 2-3 tahun
                        sudah dapat diselesaikan (Sanjoto, 1966). Beberapa daerah
                        yang  ditunjuk  kemudian  segera  menjalankan  sesuai
                        permintaan kementerian agraria  (Madjalah Agraria, Ja-
                        nuari 1962).

                         106
   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147