Page 145 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 145

Politik Kelembagaan Agraria Indonesia

                              namun milik negara, dan digunakan secara kolektif. Landreform
                              di Indonesia sesuai kepribadian bangsa Indonesia. Omong kosong
                              bila ada yang mengatakan Landreform Indonesia menjiplak Rusia,
                              Belanda, dan Amerika (Sadjarwo, 1964).
                              Lewat pidato Sadjarwo di atas itulah semua menjadi
                          jelas bahwa jalan yang dipilih oleh Indonesia dalam men-
                          jalankan landreform telah disadari secara penuh, banyak
                          resiko dan rentan terhadap provokasi-provokasi. Menteri
                          Agraria Sadjarwo dengan tegas mengatakan dalam berba-
                          gai pidatonya, “di Indonesia, landreform dijalankan secara
                          revolusioner”. Sialnya, pilihan kebijakan revolusioner itu
                          tidak disiapkan wadah antisipasinya jika dikemudian hari
                          muncul persoalan, termasuk antisipasi keterlibatan akar
                          rumput  dalam mengawal,  menekan, bahkan  memaksa
                          panitia landreform untuk segera melaksanakan perintah
                          UUPA.  Dalam  berbagai  orasi  terbuka  Aidit  selalu
                          mengingatkan  bahwa janji negara akan  menyelesaikan
                          landreform di Jawa-Madura dan Lombok dalam 3 tahun
                          harus terus dikawal, dan jika melihat kondisinya menga-
                          lami perlambatan, artinya ada persoalan, ada para peng-
                          hambat  jalannya revolusi.  Jangan salahkan masyarakat
                          karena  landreform  tanggung  jawab  negara  dan  janji
                          negara, masyarakat petani tidak salah ketika melakukan
                          protes dan perlawanan di desa (Aidit, 1965). Dan Tak bisa
                          dipungkiri  kondisi tersebut  menimbulkan banyak  ge-
                          sekan, satu sisi menguntungkan PKI sebagai partai yang
                          revolusioner, sisi lain pemerintah tanpa antisipasi lebih
                          jauh akan dampaknya. Pergeseran isu di bawah sangat
                          cepat dan perlawanan pihak-pihak lain seperti tuan tanah
                          yang  memainkan  isu  tersebut  dengan  menunggangi

                                                                             109
   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150