Page 198 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 198

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                           tetap dilanjutkan di atas landasan peraturan perun-
                           dang-undangan yang berlaku dan sesuai dengan kon-
                           disi dan sarana yang ada.
                        2. Dengan telah akan dicapainya target redistribusi tanah
                           seluas kurang lebih 1.000.000 hektar pada akhir tahun
                           ini (1966) maka dalam rangka meningkatkan produksi
                           pertanian rakyat, diadakan usaha-usaha untuk menga-
                           mankan  hasil-hasil  landreform  tersebut  sehingga
                           usaha-usaha untuk mengamankan hasil meningkatkan
                           taraf hidup kaum tani. Usaha-usaha untuk meniada-
                           kan unsur-unsur penghisapan di dalam pengusahaan
                           dan penguasaan tanah dalam rangka bagi hasil, gadai,
                           dan lainnya juga tetap dilanjutkan.
                        3. Usaha utama tahun ini dan tahun berikutnya terutama
                           ditujukan pada penyelenggaraan land use planning ki-
                           ranya lebih tepat disebut “Pembangunan dan Pembi-
                           naan Tata Agraria”, agar sumber-sumber agraria Indo-

                           nesia dapat mencukupi secara optimal dan lestari. Land
                           Use  Planning  persediaan peruntukan  penggunaan
                           tanah guna sebagai basis dari penyusunan suatu Ren-

                           cana Pembangunan Semesta terutama pembangunan
                           bidang ekonomi. Land use planning juga merupakan
                           landasan bagi penyelesaian berbagai sengketa tanah

                           antara kaum tani dengan perkebunan dan kehutanan,
                           agar suatu pihak tercipta suatu kepastian penguasaan
                           dan ketentraman pengusahaan, sehingga terjadi sti-

                           mulan produksi  bahan-bahan ekspor, di pihak  lain
                           terjamin pemilikan atas tanah garapan kaum tani yang
                           dilindungi undang-undang.


                         162
   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203