Page 193 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 193

Politik Kelembagaan Agraria Indonesia

                          berbagai disiplin ilmu (hukum, kadaster, tanah dan perta-
                          nian, kartografi, sosial-ekonomi, dan administrasi) meru-
                          pakan sesuatu yang tidak terpikirkan.  Oleh karena  itu
                          berdirinya Akademi Agraria sangat tepat dan  memiliki
                          visi yang tajam untuk menjawab kebutuhan saat itu. Para
                          penggagas berdirinya Akademi Agraria melihat bagaimana
                          kebutuhan SDM handal di bidang agraria sebagai “disiplin
                          ilmu yang kompleks” merupakan sesuatu yang dibutuh-
                          kan. Untuk itu disain Akademi Agraria harus mendidik
                          tenaga-tenaga yang terampil dalam hal kadaster namun
                          juga memiliki pengetahuan hukum yang cukup karena
                          akan mengerjakan persoalan  hak-hak atas tanah.  Ilmu
                          multi disiplin pada tahun 1960an merupakan suatu ilmu
                          yang langka. Menurut penulis, sesuatu yang hebat ketika
                          Akademi Agraria didirikan pada tahun tersebut, sekalipun
                          alasannya untuk membantu kebutuhan tenaga ahli dan
                          pengisian pejabat di kantor-kantor agraria, khususnya di
                          daerah. Dari sistem pengajaran saja sudah terlihat, hampir
                          semua mata kuliah berbasis hukum diberikan oleh penga-
                          jar dari fakultas Hukum UGM, begitu juga ilmu geografi
                          dan sosial ekonomi diampu oleh dosen dari fakultas ter-
                          kait, namun terkait mata kuliah teknis lapangan khusus-
                          nya  kadaster, semuanya dikerjakan oleh para  pejabat-
                          pejabat dari Kementerian Agraria pusat dan daerah. Hal
                          ini menjadi satu kolaborasi yang  menarik pada periode
                          tersebut, karena  persoalan teknis  lapangan, ilmu  dan
                          pengalamannya ada di pejabat kementerian (Aboesono,
                          1967, 1969).

                              Hal  menarik  lainnya  adalah  nama  Agraria  yang

                                                                             157
   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198