Page 204 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 204

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                        yang dijalankan dalam bidang keagrariaan, misalnya pen-
                        daftaran tanah, tata guna tanah, pengurusan hak-hak tanah
                        karena di daerah masih dipertahankan struktur organi-
                        sasinya, artinya semua inspeksi agraria di provinsi dan
                        kabupaten/kota tetap utuh secara kelembagaan. Pada tahun
                        1967, Kantor Inspeksi Agraria di TK II dan Kantor Pendaf-
                        taran Tanah (TK  II) tetap berjalan seperti sebelumnya,
                        sementara di TK I, dibentuk lembaga baru Kantor Inspeksi
                        Tata Guna Tanah tingkat provinsi. Kantor Agraria Daerah,
                        Kantor Pendaftaran Tanah, dan Kantor Tata Guna Tanah
                        (tingkat kabupaten/kotamadya) masih belum dalam satu
                        kantor, padahal di level pusat, Dirjen Agraria sudah menja-
                        di bagian  yang menjalankan  tugas pokok  Departemen
                        Dalam Negeri lewat Keputusan Menteri Dalam Negeri No.
                        UP.1/2/22-4186 Tahun 1968 dan No. 1/2/44-5381 Tahun 1968.
                        Baru kemudian pada tahun 1972 lewat Keputusan Menteri
                        Dalam Negeri No. 88 Tahun 1972, instansi agraria di daerah
                        disatukan dalam satu wadah dan  satu  pimpinan.  Pada
                        tingkat provinsi dibentuk Kantor Direktorat Agraria Provinsi
                        yang bertanggung jawab kepada gubernur sementara ad-
                        ministratif  bertanggung jawab  kepada Menteri  Dalam
                        Negeri, sedangkan untuk tingkat kabupaten/kota dibentuk
                        Sub Direktorat Agraria kabupaten/kota yang bertanggung
                        jawab kepada bupati/walikota, sementara secara admi-
                        nistratif bertanggung jawab kepada Menteri Dalam Negeri.

                            Terintegrasinya kantor terkait agraria di daerah dalam
                        satu wadah memudahkan koordinasi antar sektor, begitu
                        juga dalam hal penyelesaian SDM yang dibutuhkan oleh
                        masing-masing sub direktorat. Pada perkembangannya

                         168
   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209