Page 214 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 214

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                            Sampai  dengan  1972,  jalannya  landreform  masih
                        mencoba menyelesaikan hutang-hutang lama, yang mana
                        objeknya tetap tanah kelebihan maksimum, tanah absen-
                        tee, bekas swapraja, dan tanah negara. Pekerjaan ini tidak
                        dibentuk  suatu kepanitiaan tersendiri, namun dikelola
                        oleh Direktorat Agraria Provinsi  dengan dibantu  oleh
                        subdirektorat  kabupaten/kota. Baru pada tahun tahun
                        1980 kemudian dibentuk kepanitiaan landreform dengan
                        Keppres No. 55 Tahun 1980 tentang Organisasi dan Tata
                        Kerja  Penyelenggaraan Landreform,  namun  tidak lagi
                        mengerjakan  landreform  model  lama,  lebih  banyak
                        mengurus redis tanah negara seperti bekas HGU, terma-
                        suk transmigrasi dan percetakan sawah baru.

















                        Gambar 15. Suasana Pembayaran Ganti Rugi Tanah Kelebihan Maksimum di
                                                                    ,
                         Indramayu, 1975. Sumber: Penyuluh Landreform dan Agraria No. 5-6, 1975
                            Dalam laporan majalah Penyuluh Landreform sampai
                        akhir Desember 1972, tercatat  angka-angka yang cukup
                        besar, namun sayang tidak bisa didistribusikan semua.
                        Tabel berikut menunjukkan angka-angka perolehan tanah
                        dari kelebihan maksimum, absentee, tanah negara,  dan
                        bekas swapraja.

                         178
   209   210   211   212   213   214   215   216   217   218   219