Page 233 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 233

Politik Kelembagaan Agraria Indonesia

                          banyak  hal  baru,  karena  secara  esensi  yang  berubah
                          sedikit dari sisi tugas dan fungsinya, lebih rinci dan de-
                          tail tugas-tugas harian baik  di provinsi maupun kabu-
                          paten/kota. Yang menarik, susunan kelembagaan direk-
                          torat pusat sekalipun terjadi peristiwa 1965 dan landreform
                          sempat  menjadi  isu  yang  dianggap  memecah  belah
                          bangsa, menyita banyak energi masyarakat dan pejabat
                          agraria, keberadaan Direktorat Landreform tetap diper-
                          tahankan.  Direktorat  Landreform  masih  menjalankan
                          tugas dan fungsinya sebagaimana pesan UUPA, walaupun
                          harus diakui terjadi banyak  perubahan dan pergeseran
                          dalam praktik kebijakan redistribusi tanah. Landreform
                          tidak lagi digaungkan sebagaimana pidato Sadjarwo pada
                          awal dijalankannya yang sangat revolusioner, landreform
                          kini  lebih menata persoalan tanah yang lebih  bersifat
                          teknis.

                              Keberadaan direktorat  baru yakni Direktorat Tata
                          Guna Tanah cukup  menarik dalam perkembangannya.
                          Direktorat  ini  merupakan  direktorat  baru  yang  sebe-
                          lumnya menggunakan nama land use, dan  mempunyai
                          tugas menyelenggarakan pengumpulan data tata guna
                          tanah dan membuat peta tata guna tanah, peta kemam-
                          puan tanah, serta peta-peta khusus seluruh wilayah Indo-
                          nesia, sebagai bahan untuk mempersiapkan dan meru-
                          muskan pola penggunaan tanah nasional, regional, dan
                          lokal. Pada periode tersebut, Direktorat Tata Guna Tanah
                          yang merupakan kelanjutan dari kebijakan land use sebe-
                          lumnya, sangat aktif mengerjakan proyek penataan dan
                          kemampuan tanah. Dalam tempo yang singkat, Direktorat

                                                                             197
   228   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238