Page 323 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 323

Politik Kelembagaan Agraria Indonesia

                          tahun 1995-1999, LMPDP tahun 2004-2009  (Heryani  &
                          Grant,  2004; Kementerian  Keuangan, 2009;  Rachman,
                          2017), LARASITA 2009, dan PTSL 2017-Sekarang. Legalisasi
                          tanah  selalu  menjadi  program  unggulan  siapa  pun
                          pimpinan lembaga agraria, karena logika yang diyakini,
                          sistem administrasi pertanahan yang baik akan mengu-
                          rangi  konflik dan memudahkan sistem pasar ekonomi
                          bekerja. Pada saat Joyo Winoto menjadi Kepala BPN tahun
                          2005-2012,  program  legalisasi  tanah  seperti  PRONA,
                          LARASITA,  dan  LMPDP  juga  menjadi  bagian  dari
                          kebijakan yang dijalankan. Letak perbedaan masing-ma-
                          sing kebijakan tersebut adalah inovasi dan penyandang
                          dana. Ada program yang didanai oleh APBN (PRONA)
                          dan hutang Bank Dunia (ILAP dan LMPDP), dan terakhir
                          PTSL sebagian menggunakan APBN.
                              Periode Joko Widodo saat kelembagaan agraria kem-

                          bali menjadi Kementerian Agraria persoalan legalisasi aset
                          (PTSL)  kembali  menjadi  program  prioritas  bahkan
                          kemudian masuk dalam skema Program Strategis Nasio-
                          nal di bawah program Reforma Agraria. Sejak 2017 hingga
                          sekarang, PTSL menjadi program unggulan Kementerian
                          ATR/BPN  bersama dengan  program sertif ikasi  lintas
                          sektor, redistribusi tanah, one map policy, dan program
                          lainnya. Banyak studi yang berhasil menunjukkan, lega-
                          lisasi aset yang gencar dilakukan dalam beberapa tahun
                          terakhir menyumbang pergerakan ekonomi secara signi-
                          fikan baik skala rumah tangga (mikro) maupun ekonomi
                          skala makro (Wicaksono et al., 2020). Sertifikat bagi ma-
                          syarakat ditempatkan sebagai aset yang dapat digerakkan

                                                                             287
   318   319   320   321   322   323   324   325   326   327   328