Page 344 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 344

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                        A. Sistem Informasi Pertanahan, dari LOC ke KKP Web
                            Kementerian ATR/BPN  mulai mengenal  komputer
                        sebagai basis kerja  di perkantoran belum terlalu lama,
                        karena sebelumnya komputer hanya digunakan sebagai
                        kerja individual atau staf untuk layanan kepada pelang-
                        gan. Resmi sebagai sebuah sistem baru digunakan secara
                        terbatas pada tahun 1997. Pada tahun itu mulai terjadi
                        migrasi  layanan  pertanahan  dari  sistem  manual  ke
                        komputerisasi dalam  bentuk Land Office  Computeriza-
                        tion (LOC) pashe 1. Pada perkembangannya  kemudian
                        disempurnakan menuju LOC phase 2A pada tahun 1999
                        dengan penyempurnaan pada prosedur kerja, dan selan-
                        jutnya kembali disempurnakan pada tahun 2004 menjadi
                        LOC phase 2B (Baharudin et al., 2017; Muryono, 2012).
                        LOC dikembangkan dari hasil kerja sama Indonesia (BPN)
                        dan Spanyol (CIMSA-kontraktor pelaksana proyek) yang
                        menghabiskan anggaran sekitar 700 milyar rupiah. Men-
                        jelang  akhir kontrak  CIMSA dengan  BPN pada tahun
                        2009, LOC telah digunakan di 325 kantor pertanahan dan
                        tersebar di seluruh wilayah Indonesia, di antaranya digu-
                        nakan di: Kantor Pusat, 27 Kantor Wilayah Provinsi, dan
                        297 Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota (CIMSA Ig AIE,
                        2015; Mustofa, 2020; Pradipta & Rani, 2020). Pada periode
                        fase satu dan dua, tidak terjadi perubahan signifikan kare-
                        na basis layanannya masih sangat terbatas dan tidak se-
                        mua kantor pertanahan menggunakannya, namun ketika
                        berubah ke phase 2B sistem komputerisasinya sudah jauh
                        lebih modern (Syamsi, 2015).

                            Perkembangan  ke  LOC  phase  2B  juga  dilakukan

                         308
   339   340   341   342   343   344   345   346   347   348   349