Page 357 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 357

Politik Kelembagaan Agraria Indonesia

                          Sertifikat Elektronik (Wulan et al., 2022). Dalam rangka
                          melancarkan transformasi  digital tersebut,  diperlukan
                          informasi  pertanahan  yang  lengkap, dapat  dipercaya,
                          transparan serta dapat dijangkau. Karena penerapan tran-
                          sformasi digital perlu disusun secara efisien dan efektif
                          serta meniadakan proses redundansi yang tidak  perlu.
                          Kementerian ATR/BPN perlu merumuskan perekayasaan
                          kelembagaan  (Re-engineering)  dengan  menyesuaikan
                          proses bisnis dan visi-misi institusi (Goal Based Organi-
                          zation-Performance Based Organization) yang adaptif dan
                          transformatif  terhadap isu strategis  yang harus  disele-
                          saikan sehingga dapat meningkatkan daya saing institusi.


                          C. Proyek Digitalisasi Seluruh Indonesia

                              Kementerian ATR/BPN bertugas menyelenggarakan
                          urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan
                          tata ruang. Dalam  pelaksanaan tugasnya, Kementerian
                          ATR/BPN  menghasilkan beberapa  arsip  di antaranya
                          adalah Gambar Ukur (GU), Surat Ukur (SU), Buku Tanah
                          (BT) dan Warkah pendaftaran atau Daftar Isian 208 (DI
                          208). Volume arsip yang terus  bertambah namun tidak
                          diimbangi dengan pengelolaan arsip yang baik menim-
                          bulkan beberapa permasalahan. Jumlah arsip terus ber-
                          tambah namun ketersediaan sarana dan prasarana arsip
                          minim, sehingga arsip diletakkan “sembarangan”. Dampak
                          selanjutnya adalah arsip sulit ditemukan saat akan digu-
                          nakan, terlebih keterbatasan SDM semakin mempersulit
                          proses pencarian arsip.
                              Kondisi-kondisi tersebut membuat beberapa kantor

                                                                             321
   352   353   354   355   356   357   358   359   360   361   362