Page 77 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 77

Politik Kelembagaan Agraria Indonesia

                          yaitu awal abad 17, periode Hindia Belanda masa VOC.
                          Pada masa itu juga sudah dilakukan pendaftaran khusus-
                          nya peralihan hak sejak. Masa ini pendaftaran dan pera-
                          lihan ini menjadi tugas Dewan Scheepen. Sistem ini jika
                          ingin mendaftarkan tanah harus ke pengadilan di depan
                          2 orang Scheepen. Sistem ini berkembang masa awal di
                          Belanda dan kemudian diterapkan di daerah-daerah yang
                          diduduki VOC.


                           Kadaster Sebelum Ordonansi Balik Nama
                             (Staatsblad 1824 No. 37)

                              Dalam  catatan sejarah  kadaster,  peletakan  dasar
                          pertama dari pelaksanaan di Indonesia (Hindia Belanda)
                          telah terjadi semenjak VOC masuk ke Indonesia. VOC
                          memerlukan  hal tersebut  untuk  mengatur  persoalan-
                          persoalan yang timbul sehubungan dengan pemberian-
                          pemberian hak atas tanah oleh VOC kepada orang Belanda.
                          Tugas ini oleh penguasa diserahkan kepada suatu Dewan
                          namanya  Dewan  Heemsraden  (pejabat  lokal).  Tugas
                          Heemsraden yakni: Mengusahakan tersedianya peta-peta
                          dari semua peta-peta yang terletak di bawah kekuasaan-
                          nya; membuat dan memelihara daftar-daftar tanah sesuai
                          dengan  keadaan sebenarnya; pemberian  Heemsraden
                          kennis  (ahli)  sebagai  pemberitahuan  kepada  Dewan
                          Scheepen (orang yang dipercaya VOC untuk menjalankan
                          pemerintahan) tentang adanya peralihan hak atas tanah
                          (Soedargo, 1970a, 1970b).
                              Pada peta yang dikeluarkan dicatat luas tanah mau-
                          pun pemiliknya. Tujuan dari pembuatan peta tersebut

                                                                              41
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82