Page 293 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 293
Djoko Suryo
seluruhnya tepat. Kaum theologian Katolik pada Abad Per-
tengahan menggunakan alasan ajaran agama untuk membenar-
kan pembunuhan terhadap tirani, demikian pula pada masa
kemudian ketika terjadi percobaan pembunuhan terhadap Hitler
secara moral diterima. Dengan demikian dapat dikemukakan
bahwa mungkin terorisme muncul sebagai sarana untuk mero-
bohkan kediktatoran yang keji dan sadis, yang dihadapi oleh
orang yang sudah tidak tahan menghadapinya. Dalam kondisi
semacam itu, maka terorisme mungkin dapat juga merupakan
sebuah tindakan moral dari pada sebuah tindakan kejahatan,
sebagaimana tercermin dalam peristiwa usaha pembunuhan
Hitler atau Stalin pada masa awal kekuasaannya karena alasan
untuk menyelamatkan kehidupan jutaan rakya di Jerman dan
di Rusia. Masalahnya menjadi sulit, ketika aksi terorisme yang
dilakukan sering tidak dapat diterima oleh akal sehat, karena
adanya kecenderungan yang lebih mendasarkan fanatisme dan
“kegendengan” (madmen) dalam cara berpikir dari pada sebuah
alasan rasional pemberontakan melawan tirani yang nyata.
Sesungguhnya kasus pembunuhan politik telah ada dalam
dokukumen tertulis yang tertua dalam sejarah manusia, baik
dalam Injil atau Bible maupun dalam karya-kaya tulis pada ma-
sa Yunani dan Romawi dan pada masa-masa kemudian. Pem-
bunuhan terhadap penguasa yang lalim pada dasarnya terus
berkelanjutan di sepanjang sejarah, termasuk dalam masa Im-
perium Romawi. Kaisar Caligula dan Domitian dibunuh, demi-
kian juga Comodius dan Elagabal. Pembunuhnya kadang-ka-
dang dari kalangan keluarga sendiri, penjaganya, atau musuh-
nya, yang kadang-kadang diantaranya dilakukan dengan
menggunakan racun. Sepanjang Sejarah Jawa juga mengenal hal
semacam, seperti yang ditemukan dalam tragedi Tunggul Ame-
tung-Ken Angrok (Tumapel), Arya Panangsang-Senapati (De-
mak), dan tragedi pembunuhan politik lainnya yang terjadi di
sekitar Kerajaan Mataram.
Adapun pembunuhan terhadap individu tertentu sesung-
272