Page 122 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 122

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

               jadi karakter utama dari sistem tenurial lokal. Menggunakan
               nama ‘beschikkingsrecht’ misalnya, seorang ahli hukum
               berkebangsaan Belanda Van Vollenhoven menyebutkan bah-
               wa bescikkingsrecht itu menunjukkan karakter yang unik dan
               sulit dibandingkan dengan jenis-jenis hak yang ada dalam
               sistem hukum Barat. Tanah dimana  beschikkingsrecht itu
               ditemukan disebut sebagai beschkkingskring (Burns, 2004:13-
               14, 34-35). Dua istilah ini adalah konsep akademik yang
               dibuat oleh para ahli hukum. Bagi komunitas adat sendiri,
               hubungannya dengan tanah pada umumnya cukup diwakili
               oleh sebuah istilah seperti ulayat di Minangkabau atau
               petuanan in Ambon yang menjelaskan baik tentang tanah
               maupun hak atas tanah tersebut.
                   Sebagaimana diamanatkan dalam TAP MPR IX/MPR/
               2001, pengakuan, penghormatan dan perlindungan sistem
               tenurial lokal adalah prinsip penting dalam pembaruan
               agraria nasional. Masalahnya, bagaimana pengakuan dan
               perlindungan ini semestinya dijalankan? Tidak banyak
               upaya yang telah dilakukan untuk mengelaborasi konsep-
               konsep yang operasional bagi upaya menjalankan prinsip
               ini. Pengakuan sistem tenurial lokal (khususnya sistem
               penguasaan tanah adat) lebih banyak dilakukan melalui
               pernyataan-pernyataan normatif sebagaimana tampak
               dalam konstitusi dan produk legislasi nasional dan lokal
               (lihat misalnya pasal 18B dan 28I UUD 1945, pasal 3 dan
               5 UUPA, Perda Kabupaten Lebak No.3/2001; Perda Pro-
               vinsi Sumatera Barat No.2/2000; Perda Kabupaten
               Lampung Barat No.18/2004; Keputusan Bupati Luwu Utara
               No.30/2004). Namun, belum ada penjelasan yang memu-
               askan tentang bentuk hak seperti apa yang semestinya di-

                                                                   75
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127