Page 157 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 157

Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan  145


              pemborosan keuangan yang serius yang tidak mungkin dipikul oleh
              perekonomian  negeri Belanda  yang hancur  akibat  perang. Apabila
              mereka  ingin  mempertahankan  pasukan  ini maka  pihak  Belanda



              memerlukan k  dari  Jawa (khususnya   dan Sumatr

              (khususnya  minyak  dan  karet). Sehingga  tindakan  agresi militer
              yang dilakukan  kemudian  adalah  menyerang daerah-daerah  yang
              merupakan pusat perkebunan. 32
                  Kaum  ondernemer  masih  beranggapan  hukum  agraria  lama

              masih berjalan, jedanya hanya kerena perang. Agresi ini dilakukan
              dalam  rangka  kebutuhan  pendanaan  yang cepat, sehingga  yang
              diserang adalah  daerah-daerah  yang kaya    akan  perusahaan
                                                                          34
              perkebunan, 33  seperti di Karesidenan  Besuki, termasuk  Jember.
              Sementara  itu, aturan  hukum  yang berlaku  di Indonesia  sebagian
              besar  masih  mengacu  pada  sistem  hukum  pemerintah  kolonial.
              Kelemahan  tersebut  tertuang dalam  UUD 1945 pasal 2 aturan

              peralihan y  menyatakan bahwa   badan k



              dan  peraturan-peraturan  belum  diganti dengan  yang baru  masih
              tetap berlaku.” Karenanya tidak salah kemudian bila sistem hukum
              produk politik pemerintah kolonial masih tetap digunakan sebagai
              dasar  perilaku  bermasyarakat  dan  bernegara, termasuk  masalah
              peraturan agraria. 35



              32  Lihat pada M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia, hlm. 338-9.
              33  Dison  Mulyadi,  Agresi  Militer  Belanda  di  Bondowoso,  (tidak
                  diterbitkan), Laporan Penelitian UNEJ, 1996.
              34  Wawancara  dengan  Syamsir  Mochammad  tanggal  26  april  2005.
                  Bandingkan dengan Laporan Djawatan Penerangan Republik Indonesia
                  Propinsi Djawa Timur, Propinsi, hlm. 14.
              35  Tentu keadaan ini melahirkan beberapa kritik dan tuntutan-tuntutan
                  perombakan secara menyeluruh tata hukum masyarakat kolonial dan
                  perombakan  struktur  sosial  ekonominya,  manakala  telah  terwujud
                  kemerdekaan  nasional. Berbagai kritik  tersebut  berkisar  pada,
                  Pertama, nilai-nilai hukum  Pemerintah  Hindia  Belanda  yang tidak
                  sesuai dengan  nilai-nilai masyarakat  merdeka  dan  lebih  mengabdi
                  bagi kepentingan  bangsa  penjajah. Kedua, berlakunya  sistem  lama
                  menciptakan  dualisme  hukum  sehingga  tidak  mencerminkan
   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162