Page 173 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 173

Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan  161


                  Sementara  itu  konlik yang  lain,  juga terjadi di daerah  Curah
              Damar,  Kalisat.  Pada  saat  itu  telah  berlangsung  satu  peristiwa,
              dimana  lebih  dari seratusan  massa  rakyat  tani dituduh  telah
              melakukan  pendudukan  dan  penggarapan  tanah  secara  ilegal dan
              liar  milik  perusahaan  perkebunan  partikelir  Belanda. 72  Berbagai
              tindakan  yang dilakukan  oleh  massa  rakyat  tani dalam  rangka
              menduduki dan   menggarap  lahan  yang selama  ini telah  ditinggal
              oleh pemiliknya akibat kalah perang tersebut mendapat dukungan
              penuh  dari 3 partai politik  besar  saat  itu, yaitu  Partai Nasional
              Indonesia (PNI), Partai Nahdlatul Ulama (PNU) dan Partai Komunis
              Indonesia (PKI). 73



              D.  Hadirnya Kaum Buruh di Perkebunan

                  Pada periode 1950-an juga ditandai dengan dinamika perburuhan
              di area perusahaan perkebunan. Buruh perkebunan telah lebih berani
              menuntut  peningkatan  kesejahteraan  yang lebih  baik  kepada  para
              pengusaha. Sangat mengejutkan, buruh perkebunan (dengan penuh
              percaya diri dan berani) melakukan dialog dengan pihak majikan di
              perusahaan perkebunan. Tidak seperti pada masa kolonial, dimana
              masyarakat  perkebunan  Jember  sangat  tunduk  dengan  hierarki
              di atasnya. Pola  yang dikembangkan  oleh  tuan  kebun  adalah
              paternalistik. Sebuah pola dimana tuan kebun menempatkan sebagai
              bapak yang mengayomi dan memberi kesejahteraan pada warganya,
              sementara buruh-buruhnya adalah anak-anaknya yang harus patuh.
              Revolusi telah membawa perubahan-perubahan mendasar ke dalam
              diri masyarakat perkebunan, termasuk masyarakat mendapat energi
              yang  berani  menyatakan  pendapatnya.  Walaupun  pendapat  itu

              disampaikan dengan bahasa yang susah untuk dimengerti. 74



              72  Terompet Masjarakat, 18 Juni 1957, hlm. 2.
              73  Terompet Masjarakat, 5 Desember 1958, hlm.1
              74  Wawancara dengan Jacob Vredenbregt, Jakarta, 18 September 2004.
   168   169   170   171   172   173   174   175   176   177   178