Page 197 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 197
Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan 185
agraria kolonial. Semangat ini berbaur dengan cita-cita para pendiri
bangsa yang ingin mengakhiri dominasi kolonial untuk menuju
situasi nasional. Mengingat upaya untuk melakukan penataan ulang
atas kuasa agraria adalah program yang membalik struktur kuasa
lama tentu lahir keguncangan baik sosial, ekonomi, maupun politik.
Apalagi situasi ekonomi perkebunan sejak terjadinya zaman malaise
hingga perang Asia Timur Raya mengalami kemerosotan yang luar
biasa. Sebagaimana tergambar dalam penjelasan bab-bab di atas.
Kendati dalam situasi ekonomi yang merosot, ekonomi sektor
perkebunan ini masih sangat menjanjikan keuntungan yang besar,
serta memiliki prospek yang lebih baik di masa mendatang jika
diurus dengan benar. Oleh karena itu pada periode ini ditandai oleh
adanya tiga inisiatif dalam rangka partisipasi menata ulang sumber-
sumber agraria di wilayah perkebunan. Tiga inisiator tersebut adalah
(i) pemerintah; (ii) organisasi masyarakat; dan (iii) masyarakat
perkebunan sendiri. Pada dasarnya ketiga inisiator tersebut juga
memperebutkan untuk menjadi pemenang dalam rangka memaknai
penataan ulang tersebut.
Di samping itu, masing-masing inisiator tersebut di dalamnya
terdapat dinamika sendiri-sendiri, karena di situ juga terdapat
banyak aktor yang bermain dan saling berebut untuk memenangkan
pertarungan atas makna wacana penataan ulang atas sumber-sumber
agraria. Pada inisiator pemerintah basis argumentasi dasarnya adalah
bagaimana ekonomi nasional yang dalam situasi yang sulit pasca
krisis dan perang bisa bangkit kembali. Sektor ekonomi perkebunan
harus dilakukan penataan ulang, tidak saja urusan administrasi
manajerialnya, tetapi juga urusan struktur agrarianya karena masih
kental warna kolonial. Pada titik ini perebutan makna penataan
ulang atas sumber-sumber agraria di wilayah perkebunan dalam
ranah inisiator pemerintah ini juga sangat kompleks permainannya.
Begitu juga dalam insitiator organisasi masyarakat. Periode
ini masyarakat perkebunan tidak saja semakin mengenal hadirnya