Page 222 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 222
210 Tri Chandra Aprianto
pemerintah daerah untuk kemudian diperkenankan meninggalkan
Kota Jember. 36
Proses penangkapan yang lain terjadi di daerah-daerah
perkebunan di Bondowoso sebuah kabupaten utara Kabupat
Jember Setidaknya dalam proses wawancara penelitian
ada catatan resmi dari pemerintah daerah, berapa keluarga yang
harus meninggalkan daerah perkebunan. Dari data-data ditemukan:
(i) di perusahaan perkebunan milik BTM setidaknya terdapat tiga
keluarga warga Belanda y harus meninggalkan daerah t
begitu juga daerah Tamanan Bondowoso sedikitnya ada
anggota keluarga dengan satu kepala keluarga; (iii) kemudian di
Taman Bondowoso juga terdapat or (i
di Nangkaan juga ada satu keluarga dengan jumlah anggota keluarga
dua; (v) sedangkan untuk di kantor pusat sendiri terdapat satu kepala
keluarga yang memiliki dua orang anak perempuan. Sebelumnya
mereka bekerja di berbagai perusahaan perkebunan menjadi tenaga
penilik perkebunan. Akan tetapi situasi politik berkehendak lain,
37
akibat adanya proses pengambilalihan perusahaan perkebunan,
mereka dengan terpaksa meninggalkan sumber-sumber agraria yang
sebelumnya telah memberi mereka keuntungan yang berlimpah.
Situasi sangat emosional tersebut terjadi dalam diri orang-
orang Belanda yang sudah lama tinggal dan berkeluarga di
wilayah perk Hubungan antara mereka
lingkungan sekitar yang sudah terbangun keakraban. Terlebih lagi
bagi keluarga indisch, yang menjelang berakhirnya kolonialisme
di Indonesia sering digambarkan sebagai sebuah kelompok yang
dihimpit antara penduduk pribumi dan Eropa totok. 38
36 Wawancara Ibrahim, 13 September 2004.
37 Wawancara Ibrahim, 13 September 2004.
38 Cerita mengenai kehidupan kalangan ini bisa dilihat pada Joost Cote’
dan Loes Westerbeek (eds), Recalling the Indies; Kebudayaan Kolonial
dan Identitas Poskolonial (Yogyakarta: Syarikat Indonesia, 2004).