Page 223 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 223

Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan  211


                  Semua  tindakan  pengusiran  tersebut  dipicu  oleh  maklumat
              yang “ambisius” dari pihak  Menteri Kehakiman, dimana    telah





              mengharuskan warga Belanda untuk meninggalkan
                                                                          39
              kecuali para ahli masih bisa melanjutkan pekerjaannya di Indonesia.
              Setidaknya  ada  tiga  tahap  bagi orang-orang Belanda  yang harus

              meninggalkan   P  warga Belanda


              y  tidak bek  K  warga Belanda y  tergol



              golongan menengah. Ketiga, mereka sebagai tenaga ahli yang sukar
              dicari penggantinya. Setidaknya sebelum adanya tindakan tersebut
              terdapat  50.000-60.000  warga  Belanda  yang  tinggal  di  Indonesia,
              namun akibat hal itu, sampai pertengahan 1959 hanya tinggal sekitar
              6.000 orang yang tersisa. 40
                  Ini merupakan  pukulan  telak  bagi kekuatan  modal asing di
              Indonesia. Akibat  dari proses  pengambilalihan  tersebut  mampu
              mengubah  struktur  ekonomi secara  fundamental. Memang tujuan
              dari nasionalisasi adalah  memperkuat  dasar  potensi ekonomi
              nasional dan  mengganti struktur  ekonomi kolonial. 41  Akan  tetapi
              dalam pratek selanjutnya tindakan itu belum mampu mempengaruhi
              struktur  agraria  kolonial.  Telah  berlangsung  perubahan  90%  di
              bidang kepemilikan perusahaan perkebunan dari milik asing menjadi
              milik negara, BUMN. Penanganan perusahaan oleh BUMN menurut

              alasan  pemerintah  karena  para  pengusaha  pribumi terbukti terlalu
              lemah dalam melakukan pengelolaan industri yang begitu besar dari
              pihak kolonial. Mereka gagal membangun pondasi ekonomi nasional,


              39  Untuk kasus di Sumatera Timur, selama berlangsung pengambilalihan
                  lebih  dari 2.300  orang berkebangsaan  Belanda  meninggalkan  Pantai
                  timur, lihat  Ann  Laura  Stoler, Kapitalisme dan Konfrontasi; di Sabuk
                  Perkebunan Sumatra, 1870-1979 (Yogyakarta: KARSA, 2005), hlm. 255.
              40  Oey Beng To, Sejarah Kebijakan Moneter Indonesia, Jilid I (1940-1958)
                  (Jakarta: Lembaga  Pengembangan  Perbankan  Indonesia, 1991), hlm.
                  388.
              41  Untuk  peraturan-peraturan  yang bersangkutan  tentang nasionalisasi





                  lihat Buku Peringatan P  Baru Tjab  Jawa Timur    Desember 19

                  Desember 1958, hlm. 45-97.
   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228